Antarajabar.com - Reaktivasi jalur kereta api Rancaekek Bandung - Tanjungsari Sumedang menunggu keseriusan otiritas terkait dan dukungan politik dari pemerintah pusat hingga daerah.
"Jalur kereta api Rancaekek-Tanjungsari memiliki posisi strategis untuk angkutan massal Bandung Raya, tinggal sekarang ada langkah dan upaya maksimal untuk melakukan tahapan-tahapan untuk merealisasikannya," kata Pengamat dan Komunitas Pecinta Kereta Api Indonesia Ade Purnama di sela-sela napak tilas KA Rancaekek-Tanjungsari di Kabupaten Sumedang, Rabu.
Menurut dia, angkutan massal terutama kereta api akan menjadi masa depan dan solusi di Bandung Raya yang telah dihadapkan masalah kemacetan lalu lintas. Kereta api komuter saat ini telah membuktikan bisa menjadi alternatif teransportasi dengan waktu tempuh yang lebih cepat dibandingkan menggunakan jalan raya.
"Ke depan jalur transportasi masal KA itu akan dan harus terintegrasikan dengan transportasi Bandung Raya, termasuk dengan kereta cepat," katanya.
PTKA pusat secara khusus melakukan napak tilas jalur Rancaekek - Tanjungsari bersama komunitas pecinta dan pemerhati kereta api. Selain itu sejumlah jurnalis juga ikut serta dalam kegiatan yang digelar sehari penuh untuk menyusuri jejak rel dari Stasion Rancaekek, bekas Stasiun Tanjungsari serta jembatan Citali.
Tim napak tilas juga mengunjungi Jembatan Cincin Cikuda yang masih berdiri kokoh di belakang komplek Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor Kabupaten Sumedang.
"Jembatan Cikuda ini masih kokoh dan saat ini dimanfaatkan untuk jembatan oleh warga. Beberapa ruas jalan rel yang digunakan bangunan juga perlu dilakukan sosialisasi bila suatu saat nanti akan difungsikan lagi sebagai jalur rel," kata Ade.
Jalur Tanjungsari-Rancaekek merupakan jalur KA yang dioperasikan dari tahun 1921 hingga 1942. Jalur itu ditutup tahun 1942 karena relnya dipindahkan oleh Tentara Jepang saat itu untuk membangun jalan rel di kawasan Bayah Banten.
Jalur itu merupakan bagian dari rencana induk jalur KA Bandung - Sumedang - Cirebon oleh Staatsspoowegen (SS) pada jaman Belanda. Namun jalur itu tidak rampung karena terjadi krisis ekonomi tahunn 1926.
"Jalur itu bisa sinergi dengan jalur KA Bandara bila Bandara Kertajati sudah rampung dibangun," kata Ade.
Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Sumedang, Subagyo menyebutkan pihaknya mendukung rencana aktivasi jalur KA Rancaekek-Tanjungsari.
"Pemkab Sumedang mendukung reaktivasi jalur itu, meski harus diakui jelas membutuhkan upaya yang tidak ringan karena harus mengembalikan jalur itu yang saat ini sudah banyak digunakan bangunan rumah penduduk," kata Subagyo.
Ia menyebutkan, kehadiran KA di jalur itu bisa menjadi alternatif transportasi yang saat ini sudah sangat padat. Selain itu beberapa lokasi strategis seperti kampus dan pengembangan kawasan di Sumedang juga ke depannya membutuhkan transportasi massal untuk mobilitas warganya.
Pada kesempatan itu, pihaknya juga mendukung percepatan aktivasi jalur itu dan berjanji untuk ikut memfasilitasi terkait reaktivasi jalur KA itu.
Sementara itu Vice President Komunikasi PT Kereta Api Indonesia Agus Komarudin menyatakan, PTKA sebagai operator siap untuk mengoperasikan angkutan massal di jalur itu. Namun demikian pihaknya tidak memiliki kewenangan lebih jauh untuk pembangunan jalur itu.
"PTKA sebagai operator angkutan KA siap untuk mengoperasikan KA itu, namun pembangunan jalur rel, jembatan dan normalisasi jalur itu merupakan wewenang dari pemerintah," katanya.
Namun demikian, ia menyebutkan reaktivasi jalur Rancaekek-Tanjungsari itu merupakan salah satu fokus untuk mengentaskan masalah kepadatan lalu lintas di Bandung Raya.
Reaktivasi KA Rancaekek-Tanjungsari Tunggu Keseriusan
Rabu, 30 Maret 2016 17:11 WIB