Sebelumnya, Baitul Qurro masih berlatih secara mandiri untuk membuat produk tertentu dalam rangka mengembangkan UMKM. Namun, dukungan yang diberikan Pegadaian seperti dana untuk membuat ruang workshop dan pendampingan pelatihan anyaman bambu menunjang kegiatan produksi sehingga meningkatkan penghasilan masyarakat setempat.
Ke depan, program pengembangan desa kreatif diharapkan dapat semakin berkembang dan semakin memberikan dampak lebih signifikan terhadap UMKM Baitul Qurro.
“Harapannya semoga ke depan kami bisa diberikan ilmu baru, dibina oleh ahli anyam, memiliki alat kerja/mesin, dilatih manajemen, juga diberikan kesempatan untuk mengenal banyak konsumen dari berbagai kalangan,” kata Pendiri Baitul Qurro.
Pegadaian juga mengungkapkan hasil evaluasi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat melalui program desa kreatif cukup positif. Ke depan, pihaknya berencana memperluas program ini ke berbagai desa dan meningkatkan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah maupun swasta untuk melanjutkan upaya pengembangan desa kreatif.
Terkait pencegahan stunting, Mery menyampaikan bahwa edukasi menjadi tantangan terbesar yang dihadapi dalam program pemberian gizi, terutama mengenai pola makan sehat. Walau demikian, peningkatan kesehatan pada anak-anak yang terlibat dalam program gizi menjadi bukti bahwa intervensi ini cukup berhasil.
Secara keseluruhan, program-program yang diberikan oleh Pegadaian dapat dikatakan memiliki dampak baik terhadap rakyat di pedesaan, terutama bagi para ibu dan anak-anak.
Kehadiran Pegadaian di tengah masyarakat perlu menjadi contoh bagi para pemangku kepentingan, bahwa adanya kesesuaian antara kebutuhan masyarakat dengan bentuk bantuan yang dipersembahkan dari perusahaan.
Dalam jangka pendek dan panjang, program-program pencegahan stunting, zero waste, hingga pembangunan desa kreatif memberikan pula kontribusi untuk mencapai target-target SDGs.
Apalagi, jika Pegadaian mampu mengajak kolaborasi pemerintah daerah setempat dan pemangku kepentingan terkait lainnya dengan menerapkan perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up). Dengan begitu, aspirasi masyarakat, terutama dari kalangan bawah, akan selalu dikedepankan untuk penyusunan rencana pembangunan yang diharapkan berbuah menjadi tindakan aksi nyata guna mengatasi pelbagai tantangan sosial ekonomi.
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Intervensi Pegadaian cegah stunting dan kembangkan desa kreatif