Antarajabar.com - Museum PT Bio Farma (Persero) melengkapi bangunan heritage produsen vaksin nasional itu yang menceriterakan tentang penemuan vaksin di dunia dan pengembanganya di Indonesia.
Bangunan museum itu merupakan salah satu bangunan heritage di Kompleks Bio Farma yang diresmikan oleh Dirut Bio Farma Iskandar dan Komisaris Bio Farma Ahmad M Ramli, Kamis.
Museum itu menceritakan tentang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi.
"Museum tersebut juga akan melayani masyakat setiap dua kali dalam seminggu," kata Dirut Bio Farma Iskandar yang didampingi Kepala Humas Nurlaela.
Ia menyebutkan dengan telah selesainya renovasi Bangunan Utama Bio Farma secara menyeluruh itu sebagai tindakan pelestarian dan pemanfaatan agar makna budaya bangunan terpelihara dengan baik.
Selain itu juga diharapkan sebagai sarana yang dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan sejarah produksi vaksin dan sera di Indonesia.
Hadir pada acara peresmian museum itu dari Komunitas Aleut, Kepala Museum di Bandung dan Jawa Barat, Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA) dan stakeholder terjait.
Iskandar menyatakan bangunan kawasan heritage merupakan bangunan tertua yang ada di kawasan Bio Farma, yang dulu bernama Landskoepok Inricting en Instituut Pasteur.
Bangunan itu karya arsitek CPW Schoemaker, yang dibangun pada tahun 1926. Pada tahun 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage telah menginventarisasi bangunan itu termasuk sebagai Bangunan Cagar Budaya.
Penetapan sebagai salah satu Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung adalah melalui Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009.
"Bio Farma dulu pernah tergabung dalam jaringan Institute Pasteur, kami mengembalikan sejarah yang pernah terhapus untuk diketahui oleh generasi muda," katanya.
Menurut dia, Bio Farma juga ingin mengajarkan filosofi untuk mencintai dan memelihara gedung yang bernilai cagar budaya. Renovasi pada tahun 2015 berpedoman tidak merubah kondisi asli dari bentuk, tampak dan detail-detail bangunan. Sejalan dengan fungsi baru pada bangunan, area perkantoran dan museum.
Sementara itu Direktur SDM Bio Farma Andjang Kusumah menyatakan bangunan utama di kawasan Bio Farma sangat bersejarah bagi perkembangan perusahaan. Upaya pemeliharaan dan perbaikan bersifat parsial, rutin dilaksanakan untuk menjaga kondisi asli bangunan.
"Bangunan juga berfungsi untuk perkantoran sehingga telah terintegrasi dengan teknologi baru untuk menunjang operasional," kata Andjang.
Luasan bangunan yang direnovasi 2.659 meter persegi terdiri dari Lantai 1 seluas 2.030 meter persegi dan Lantai 2 seluas 629 meter persegi. Waktu pelaksanaan pembangunan fisik renovasi bangunan heritage yang ada di kawasan Bio Farma dilakukan selama sembilan bulan yang dimulai pada bulan Maret 2015.
Gedung yang sudah hampir berusia 100 tahun ini, memiiki ciri khas atap atau genteng dengan sudut curam masih tetap dipertahankan di bangunan utamanya. Pilar bangunan nampak masih kokoh sementara daun jendela yang terbuat dari kayu jati masih tetap tidak diganti.
Demikian pula dengan teralis besi pada jendela yang masih asli. Cat berwarna putih, yang menjadi ciri khas warna bangunan buatan Belanda juga tetap dipertahankan. Hampir seluruh bangunan di gedung utama hanya menggunakan satu warna cat, putih. Beberapa dilakukan pengembalian sesuai dengan fungsinya diawal serta penggantian material agar lebih menambah nilai estetika.