Garut (ANTARA) - Penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin menyatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, menyiapkan bantuan yang berkelanjutan bagi anak Sekolah Dasar (SD) yang memiliki jiwa tanggung jawab menopang keluarganya ibu dan tujuh adiknya dari hasil berjualan cakwe.
"Kami mendengar dan kami langsung menerjunkan upaya-upaya penanggulangan anak, ini tidak akan berakhir sebagai bantuan sesaat, tapi harus memikirkan kehidupan mereka seperti kesehatannya terjamin, pendidikannya juga terjamin," kata Barnas usai meninjau pelaksanaan Pilkada di Garut Kota, Rabu.
Pihaknya sudah mendapatkan laporan adanya seorang anak bernama Muiz, siswa kelas 6 SD Warga Kampung Siderang Datar, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedud, yang membutuhkan bantuan karena kehidupan keluarganya kurang mampu.
Pemkab Garut, kata dia, berupaya menyelesaikan persoalan sosial tersebut dengan menyalurkan Program Corporate Social Responsibility (CSR), kemudian bantuan lainnya yang ada di pemerintah, dan bantuan lainnya secara gotong royong.
"Jadi, jangan sampai masyarakat kesulitan tidak tertangani, kita bergotong royong bahu-membahu berbagai persoalan masyarakat yang memang harus dibantu," katanya.
Ia menyampaikan pemerintah daerah tidak hanya sekadar menyalurkan bantuan untuk meringankan beban kehidupannya, tapi juga harus berkelanjutan dengan menyiapkan bantuan lainnya yang berhak diberikan kepada anak tersebut.
Selain mendapatkan bantuan awal, kata dia, pemerintah daerah akan melihat terlebih dahulu apa saja yang perlu dibantu, sehingga anak tersebut maupun anggota keluarganya mendapatkan hak bantuan seperti pemberian gizi, perbaikan rumah, dan lainnya.
"Kami akan melihat apa yang bisa dibantu oleh pemerintah agar anak-anaknya itu betul-betul mendapatkan haknya," kata Barnas.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Garut Yudha Puja Turnawan mendorong pemerintah daerah untuk memperhatikan persoalan masyarakat miskin, khususnya seorang siswa SD yang selama ini berperan menjadi penopang kehidupan keluarganya yang terdiri dari ibu dan tujuh adiknya.
Ia menyebutkan anak tersebut tinggal di sebuah rumah dengan ibunya, sedangkan ayahnya pergi merantau untuk bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) yang tidak tentu pulangnya.
"Ananda Muiz ikut mengambil peran dalam menopang perekonomian keluarga, sambil belajar juga sambil berjualan cakwe di sekolahnya di SDN II Cintanagara, Cigedug," katanya.
Ia menyampaikan selama ini Muiz bersama keluarganya belum mendapatkan bantuan program dari pemerintah seperti PKH, BPNT, BPJS, dan sebagainya, karena kartu keluarganya belum diperbarui, sehingga pihaknya meminta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Garut untuk segera membantu memperbaiki data kependudukannya.
Bantuan lainnya yang perlu diperhatikan, kata Yudha, terkait penanganan kesehatan karena ada dua adik Muiz yang kondisinya masuk kategori stunting dan saat ini sudah mendapatkan perhatian khusus dari puskesmas setempat.
"Ananda Muiz ini harus menjadi teladan untuk kita semua, betapa dia tak menyerah dengan segala keterbatasan orang tuanya, ananda Muiz ikut memikul tanggung jawab agar adik-adiknya bisa memiliki uang jajan di sekolahnya," kata Yudha.