Saat tentara NICA datang lagi dengan membonceng pasukan Sekutu untuk menjajah kembali, mereka mengibarkan Bendera Merah-Putih-Biru di Hotel Orange (saat ini, Hotel Majapahit) pada 18 September 1945 pukul 21.00 WIB.
Menyaksikan hal itu, Arek-Arek Suroboyo pun langsung melawan dengan melakukan Perobekan Bendera Merah-Putih-Biru pada 19 September 1945 menjadi dwi-warna (Merah-Putih), karena pengibaran bendera tri-warna adalah penghinaan. Inilah provokasi pertama yang memicu pertempuran.
Nah, soal pelaku perobekan bendera itu tidak jelas orangnya, namun berdasarkan foto yang dibidik Abdul Wahab dari Kantor Berita Domei (LKBN ANTARA Biro Surabaya) tercatat jumlah pelaku perobekan di atap hotel ada empat orang, namun nama keempat pelaku itu banyak versi.
Yang jelas, empat pelaku adalah Arek Suroboyo. "Saya tidak tahu langsung perobekan itu, karena saya datang sudah terjadi perobekan tersebut. Yang jelas, pelaku perobekan itu adalah Arek-Arek Suroboyo, karena saya datang sudah banyak arek-arek dari beberapa kampung di lokasi," tutur Hartoyik.
Fakta "provokasi" kedua dan ketiga yang memicu Pertempuran 10 November 1945 adalah Resolusi Jihad (22 Oktober 1945) dan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (30 Oktober 1945), namun fakta "Resolusi Jihad" itu tidak seperti fakta perobekan bendera merah-putih-biru (19 September 1945), karena faktanya sempat diragukan atau dianggap fiktif.
Pada akhir 2011, sejarawan Prof Aminuddin Kasdi dalam seminar di Tebuireng menyebut Resolusi Jihad itu tidak ada atau tidak pernah ada melainkan hanya sebuah legenda. Faktanya, soal resolusi itu memang tidak ada dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMP/SMA.
Hal itu mengagetkan almarhum Dr (HC) Ir KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah/Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim) yang akhirnya mengirimkan surat ke Museum Leiden, Belanda.
Gus Sholah memperoleh respon Leiden dan hasilnya terbit buku berjudul "Resolusi Jihad (Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama hingga Negara)" setebal 236 halaman yang membuktikan bahwa fatwa jihad itu benar-benar ada dan pernah dimuat koran pada edisi 26-27 Oktober 1945.
"Kantor Berita ANTARA juga menyebarluaskan berita Resolusi Jihad itu pada 25 Oktober 1945. Pemberitaan ANTARA itu pernah saya baca dalam buku yang ditulis Ben Anderson (Indonesianis asal AS), apalagi awak dan fotografer juga banyak mengabadikan sejarah Pertempuran 10 November 1945 itu sejak perobekan bendera merah-putih-biru menjadi hanya merah-putih," kata wartawan senior LKBN ANTARA, Boyke Soekapdjo.
Telaah - Pentingnya sejarah (yang hilang) untuk generasi Z
Oleh Edy M Yakub Senin, 25 November 2024 8:00 WIB