Materi genetik tersebut, kemudian disimpan di dalam sebuah nitrogen cair dengan suhu yang sangat ekstrim yaitu -169 derajat Celcius. Gunanya, agar materi genetik yang tersimpan bisa hidup, tetapi perspektif metabolismenya berhenti dan tidak rusak.
"Setelah disimpan dengan baik materi genetiknya, kita lakukan proses pemijahan sebagai bentuk inseminasi buatan. Setelah berhasil dikembangbiakkan, maka ikan-ikan tersebut akan dilepas kembali ke alam," ucapnya.
Dia juga menyebut proses kriopreservasi ini dapat digunakan terhadap semua jenis ikan, dengan catatan metode ini harus memiliki kualitas sperma yang baik saat diambil oleh peneliti.
Apabila kualitas sperma yang diambil sudah baik, maka keberhasilan proses fertilisasi buatan tersebut berada di angka 70 persen yang merupakan kategori sangat baik.
"Angka 70 persen itu sudah sangat aman ya. Terlebih, proses kriopreservasi ini sebenarnya kan sudah banyak juga dilakukan baik di tumbuhan, hewan, hingga manusia sendiri," katanya.
Ke depan ia memiliki target dapat mengembangkan lebih banyak lagi balai-balai penelitian dan laboratorium yang mampu melakukan proses kriopreservasi sperma untuk konservasi ikan terancam punah.
Dia juga mengaku FPIK Unpad tengah berkolaborasi dengan berbagai kampus di Indonesia untuk terus mengembangkan metode tersebut agar lebih baik lagi, dengan meliputi beberapa kampus besar seperti Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, hingga Universitas Syiah Kuala di Aceh.
"Saya juga sedang dalam proses pengembangan penelitian bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk terus melakukan penelitian ikan-ikan marine atau laut gitu ya, agar bisa tetap menjaga ekosistem laut kita," tuturnya.