Antarajabar.com - Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Heri Sungkari menyatakan sektor industri kreatif di Indonesia baru menyumbang tujuh persen produk domestik bruto nasional sehingga belum menjadi penyumbang signifikan.
"Industri kreatif Indonesia baru menyumbang PDB sebesar tujuh persen, sementara di negara seperti Jepang dan Korea, industri ini menjadi penyumbang mayoritas angka PDB," kata Heri Sungkari pada diskusi panel Teknologi Informasi, Industri Kreatif dan Jasa dalam rangkaian ITB-CEO Summit on Innovation di Aula Barat ITB, Rabu.
Menurut dia ,fenomena itu salah satunya disebabkan oleh sistem pengelolaan industri film di Indonesia belum berkembang secara optimal, padahal, industri film dapat menjadi penyumbang perkembangan ekonomi negara yang signifikan bila dikelola secara baik.
Bioskop di Indonesia terpusat di DKI Jakarta dan Jawa Barat, total 48 persen. Masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sulit menikmati industri ini," katanya.
Ia berpendapat, minimnya akses menuju tempat pemutaran film atau bioskop inilah yang menjadi salah satu sebab film-film karya sineas lokal kurang berjaya di negaranya sendiri.
"Tempat pemutarannya terbatas dan harga tiket bioskop itu mahal, jadinya film lokal sulit maju," kata dia.
Lebih lanjut ia menyatakan, tantangan BEK saat ini bagaimana menciptakan akses seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia untuk dapat mengakses film terutama karya sineas lokal dengan menghadirkan tempat-tempat pemutaran film di tingkat kecamatan.
"Rencananya nanti di setiap kecamatan akan dibuat layar untuk nonton bersama, masyarakat cukup bayar lima ribu rupiah," katanya.
Guna memajukan sektor industri kreatif¿dalam hal ini bidang teknologi dan informasi, pihaknya mendorong masyarakat mulai mencoba memanfaatkan produk teknologi dalam negeri seperti mengunduh dan menggunakan aplikasi-aplikasi media sosial lokal.