Kuningan (ANTARA) -
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menggandeng Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon untuk memperkuat jenama kopi khas daerahnya agar lebih dikenal oleh konsumen di pasar domestik hingga internasional.
“Langkah ini dilakukan melalui penerapan label Indikasi Geografis (IG) untuk meningkatkan daya saing produk kopi khas Kuningan,” kata Kepala DKPP Kuningan Wahyu Hidayah saat dikonfirmasi di Kuningan, Selasa.
Ia menjelaskan, penjenamaan yang kuat sangat penting untuk membangun kepercayaan konsumen sebab para pembeli kini cenderung mencari produk dengan ciri khas dan kualitas yang terjamin.
Wahyu menyebutkan perlindungan dengan label IG dapat memberikan banyak manfaat, seperti memperjelas identifikasi produk, menghindari praktik persaingan curang, dan menjamin kualitas produk sebagai komoditas asli dari suatu daerah.
Menurut dia, hal ini tidak hanya mendukung produsen maupun petani lokal, tetapi juga memperkuat reputasi kawasan penghasil kopi di Kabupaten Kuningan.
“Label IG dapat menghubungkan produk dengan warisan lokal serta menawarkan jaminan asal dan karakteristik tertentu,” katanya.
Ia mengatakan bahwa DKPP Kuningan bersama KPw BI Cirebon sudah menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada Senin (24/9), dalam rangka meningkatkan identitas dan penjenamaan kopi dari wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka serta Kuningan (Ciayumajakuning).
Dalam diskusi tersebut, Wahyu memaparkan strategi pemasaran yang efektif, termasuk pemanfaatan media sosial, kemitraan dengan perusahaan, dan partisipasi produk dari Kabupaten Kuningan dalam pameran kopi.
Ia menjelaskan, Kabupaten Kuningan memiliki kondisi iklim dan tanah yang sangat mendukung untuk pertumbuhan kopi berkualitas. Bahkan daerahnya mempunyai keanekaragaman varietas kopi yang telah ditanam oleh petani.
Berdasarkan data terbaru, dia menguraikan ada tiga varietas kopi di Kabupaten Kuningan meliputi robusta yang ditanam pada lahan 1.485,25 hektare, arabika seluas 87,07 hektare, dan liberika sekitar 1,85 hektare.
“Adapun jumlah produksi kopi robusta sebanyak 472,06 ton, arabika 26,22 ton dan kopi liberika sebanyak 1,5 ton,” ujarnya.
Wahyu juga mengatakan, pihaknya saat ini sedang berupaya melakukan perluasan areal tanam, serta peningkatan teknik budidaya untuk menambah jumlah produksi kopi.
Selain itu melalui FGD ini, DKPP Kuningan dapat memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk BI dalam pengembangan budidaya kopi.
Sementara itu Manajer Fungsi Pengembangan UMKM Keuangan Inklusif dan Ekonomi Syariah KPw BI Cirebon Muhammad Harun Ar-Rasyid menambahkan, pihaknya telah mengeksplorasi hasil survei produk kopi di Kabupaten Kuningan dan Majalengka.
Disebutkan bahwa BI Cirebon melakukan survei di sembilan titik pada daerah penghasil kopi, terdiri atas tiga titik di Majalengka dan enam titik di Kuningan.
“Hasilnya potensi komoditas kopi di kedua kabupaten ini sangat besar, didukung oleh kondisi geografis yang ideal, seperti Gunung Ciremai dan perbukitan sekitarnya, yang memberikan elevasi cukup untuk pertumbuhan kopi,” ujarnya.
Kendati demikian, Harun mengungkapkan ada lahan kurang produktif yang masih bisa dimanfaatkan petani untuk dijadikan kebun kopi, seperti di Desa Bantar Agung dan Desa Payung, Kabupaten Majalengka.
Pihaknya berkomitmen untuk melakukan pendampingan serta membantu petani kopi di dua kabupaten itu, agar produk dari komoditas tersebut bisa ditingkatkan baik pada sisi kuantitas maupun kualitasnya.
“Beberapa kelompok tani juga mulai melakukan intensifikasi, menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan saat ini,” ucap dia.