Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira mengatakan pihak Fakultas Kedokteran Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang perlu membuka diri untuk penyelidikan kasus kematian peserta didiknya pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Konon, dari informasi yang kita dapat, ini korban bullying yang dilakukan oleh lingkaran, terutama senior-senior. Meskipun itu dibantah, tetapi saya kira dalam hal ini kampus perlu membuka diri untuk melakukan penyelidikan lebih jauh," kata Andreas usai menghadiri Sidang Tahunan MPR Tahun 2024 bertema "Nusantara Baru, Indonesia Maju" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat.
Dengan demikian, kata dia, seluruh pihak dapat mengetahui penyebab atau latar belakang dari peristiwa tersebut dan mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang.
Andreas pun menyayangkan dugaan adanya tindakan perundungan di kalangan mahasiswa yang diikuti dengan dugaan pihak universitas yang menutupi peristiwa itu. Menurut dia, diperlukan penanganan, seperti edukasi bahaya perundungan di setiap jenjang pendidikan.
“Saya kira latar belakangnya adalah perlu ada pendidikan dasar yang berkaitan dengan etika, perilaku, dan memberitahukan bahwa yang namanya menggunakan media sosial, apalagi sekarang untuk menyerang, merundung orang itu risikonya bukan hal yang sederhana dan itu sudah banyak terjadi,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa banyak peserta PPDS yang ingin melakukan bunuh diri."Kita juga pernah kan melakukan screening mental terhadap para PPDS ini dan banyak kan memang yang ingin bunuh diri. Jadi, ini sudah fenomena yang besar yang terjadi," kata Menkes di Istana Wakil Presiden (Wapres), Jakarta, Kamis (15/8).
Menkes juga meminta semua pihak agar menghentikan praktik perundungan, termasuk pada profesi dokter. Menurut dia, perundungan dapat mengakibatkan hidup seseorang menjadi tertekan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Anggota DPR: Undip perlu buka diri untuk penyelidikan kasus PPDS