Pemerintah juga mulai mengkampanyekan berhaji di usia muda. Dengan program tersebut pemerintah berikhtiar agar secara fisik jamaah haji mampu melewati seluruh rangkaian haji dengan baik sehingga layak diapresiasi.
Di Arafah dan Mina pemerintah juga telah berinovasi dengan menyiapkan tenda dengan pengatur suhu ruangan agar jamaah lebih terlindung dari sengatan matahari. Kelelahan terutama bagi yang lanjut usia tentu masih terasa karena tidak dapat dihindarkan.
Di balik kelelahan itu, menurut Ali Syari'ati, pergerakan dari tiga tempat yaitu Arafah, Muzdalifah, dan Mina adalah simbol dari pengetahuan, kesadaran, dan cinta.
Rangkaian ibadah haji menjadi drama pertunjukan dengan tokohnya adalah setiap individu yang berhaji dengan memerankan lakon Ibrahim, Ismail, Hajar, bahkan Adam dan Hawa.
Momen melempar jumrah pada tiga tempat di jamarat pada ritual haji juga merupakan simbol melawan syetan dan hawa nafsu seperti yang dilakukan oleh Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail. Lemparan tujuh kali dilakukan Nabi Ibrahim pada jumrah ula (lemparan pertama) yang mengusir syetan penggoda yang mencegahnya mengurbankan Ismail.
Lemparan tujuh kali juga dilakukan oleh Siti Hajar yang kemudian disimbolkan pada jumrah wustha (lemparan kedua atau tengah) karena istri Ibrahim tersebut juga digoda syetan setelah gagal menggoda Ibrahim. Sementara jumrah aqabah (lemparan ketiga) dilakukan Ismail yang sedari awal telah bertekad siap dikurbankan karena Allah.
Pada masa kini, target lemparan tersebut ditujukan pada tiga tiang pipih yang berjejer agak berjauhan di lantai dasar, lantai dua, dan lantai tiga. Di dasar tiang dibuat piringan berbentuk lonjong untuk menampung batu-batu yang dilemparkan.
Pada 10 Dzulhijjah jamaah hanya melempar jumrah aqabah dengan batu sebanyak 7 kali. Pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah jamaah melempar jumrah ula, jumrah wustha, dan jumrah aqabah setiap hari masing-masing 7 kali.
Di era modern, menurut Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Thoat Stiawan, pergerakan Armuzna masih merupakan titik kritis pada rangkaian ibadah haji dengan resiko tinggi karena membutuhkan fisik prima dan kesadaran penuh.
Telaah - Haji ibadah penuh simbol dan makna
Oleh Destika Cahyana*) Minggu, 14 Juli 2024 14:00 WIB