Jakarta (ANTARA) -
IHSG ditutup melemah 7,91 poin atau 0,12 persen ke posisi 6.726,91. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,13 poin atau 0,13 persen ke posisi 844,36.
“Bursa regional Asia cenderung menguat, pasar tampaknya mengikuti kenaikan bursa Eropa dan Amerika Serikat (AS). Pasar memiliki pandangan pasca penjualan ritel AS sepanjang Mei lalu, naik 0,1 persen Mei di bawah ekspektasi pertumbuhan 0,3 persen, karena data penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan bahwa Federal Reserve harus segera menurunkan suku bunganya," kata Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya, di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut menunjukkan lemahnya daya beli konsumen, sehingga kembali pasar dibayangi spekulasi kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed akhir tahun ini.
Pelaku pasar juga menyambut baik data yang menunjukkan ekspor Jepang tumbuh lebih baik, dimana ekspor Jepang melonjak 13,5 persen (yoy) menjadi 8,276.63 miliar Yuan Jepang pada Mei 2024, melebihi perkiraan pasar sebesar 13 persen dan meningkat dari kenaikan 8,3 persen pada April 2024.
Anggota Bank of Japan berpandangan respons kebijakan moneter akan diperlukan jika ada perubahan dalam prospek aktivitas ekonomi dan harga akibat pergerakan yen, yang memberikan indikasi bagaimana bank sentral mencermati perkembangan ekonomi global, artinya pergerakan nilai tukar mata uang asing berdampak pada ekspektasi inflasi jangka menengah hingga panjang dan perilaku perusahaan, hal ini akan meningkatkan risiko harga terpengaruh, sehingga diperlukan respons kebijakan.
Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan Indonesia Mei 2024 tentunya menopang katalis positif untuk IHSG, menyusul Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan meskipun posisi neraca perdagangan Indonesia sebesar 2,93 miliar dolar AS pada Mei 2024 atau apabila turun dibandingkan April 2024 yang mencapai 3,56 miliar dolar AS, namun demikian tetap membukukan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IHSG BEI ditutup melemah dipimpin sektor barang konsumen nonprimer