Garut (ANTARA) - Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut, Jawa Barat membutuhkan 20 sumur bor tanah dangkal untuk mengatasi areal pertanian yang dilanda kekeringan agar tetap produktif meski musim kemarau.
"Bikin sumur tanah dangkal, kami sudah mengusulkan kurang lebih 20 titik, melihat beberapa lokasi yang sama sekali tadah hujan, dan tidak ada sumber air," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman kepada wartawan di Garut, Jumat.
Ia menuturkan Kabupaten Garut memiliki areal pertanian sekitar 42.817 hektare, dari luas lahan itu seluas kurang lebih 10 ribu hektare masuk dalam kawasan tadah hujan, atau tidak bisa produktif ketika musim kemarau.
Daerah lahan pertanian yang mengandalkan air hujan itu, kata dia, menjadi perhatian pemerintah agar tetap produktif dengan melakukan berbagai cara salah satunya dibangun sumur bor dangkal di daerah sekitarnya.
"Kalau disetujui oleh pusat, anggarannya itu masuk swakelola, 20 titik rencana tahun ini untuk beberapa wilayah, salah satunya Cibatu," katanya.
Ia mengatakan bantuan sumur bor itu diprioritaskan untuk wilayah pertanian yang kondisinya tidak bisa dilakukan pompanisasi dari aliran sungai, maupun tidak ada sumber air lainnnya di lahan tersebut.
Ia berharap usulan sumur bor itu bisa secepatnya disetujui oleh Kementerian Pertanian agar bisa segera dimanfaatkan saat musim kemarau, sehingga lahan pertanian tetap bisa produktif dan petani mendapatkan penghasilan.
"Sumur tanah dangkal itu untuk daerah rawan yang sawahnya tidak ada sumber airnya, dan tidak bisa diambil dari sungai. Usulan itu masih menunggu, mudah-mudahan tidak sampai akhir tahun," katanya.Ia menambahkan solusi lainnya mengatasi areal lahan tadah hujan yakni dengan menyiapkan alat mesin pompa air untuk menarik air sungai dari bawah atau irigasi ke lahan pertanian yang berada di atas.
Ia menyebutkan untuk irigasi perpompaan sebanyak 83 titik tersebar di beberapa kecamatan yang masih terdapat aliran air untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian di daerah tersebut.
Adanya upaya pemanfaatan air saat musim kemarau itu, kata dia, diharapkan lahan pertanian yang tadinya hanya bisa satu kali panen dalam setahun, kini bisa panen dua atau sampai tiga kali dalam setahun.
"Harapannya dengan ada kegiatan pompanisasi itu bisa setahun dua kali, bahkan tiga kali panen," kata Haeruman.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dispertan: Garut membutuhkan 20 sumur bor untuk atasi kekeringan