Melalui skema ini, para petani juga mengembangkan pendekatan unik dalam memanfaatkan sumber mata air dari Gunung Ciremai.
Misalnya petani di daerah Palutungan, Kabupaten Kuningan, menggunakan sistem pipanisasi yang efisien untuk mengalirkan air dari ketinggian gunung.
Setiap pipa atau selang itu terhubung langsung ke sumber mata air, memastikan pasokan air yang lancar dan konsisten untuk pengairan ladang mereka.
"Sistem pipanisasi ini sudah berlangsung sejak lama. Pipa diperlukan untuk mengalirkan air dari sumber mata air di ketinggian," kata Asep Nurdin, salah satu petani sayur asal Kuningan, saat berbincang dengan ANTARA.
Kemudian, para petani mengoptimalkan jaringan irigasi yang terbentuk secara alami maupun dibuat dengan metode tradisional untuk pengairan lahan.
Seluruh aspek kegiatan pertanian di lereng Gunung Ciremai sangat bergantung pada ketersediaan air dari sumber tersebut. Oleh karenanya, bagi petani, seperti dirinya, menjaga kebersihan serta kelancaran aliran air ini harus rutin dilakukan.
Selain menjadi fondasi dari operasi pertanian, sumber mata air di Gunung Ciremai digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga hingga keperluan rumah tangga.
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mencatat terdapat 97 sumber mata air dengan debit mencapai 9.057,61 liter per detik, yang ada di kawasan itu.
Dari jumlah tersebut, sekitar 14 titik sumber mata air dimanfaatkan untuk keperluan komersial, sedangkan sisanya dipakai oleh 54 desa guna kepentingan masyarakat.
Spektrum - Mewujudkan keberlanjutan sumber mata air di Gunung Ciremai
Kamis, 28 Maret 2024 19:55 WIB