Pada gim ketiga, pertandingan berlangsung lebih intens lagi dan melelahkan secara fisik maupun mental. Meskipun Ginting sempat unggul jauh 18-12 dari sang tunggal putra nomor satu dunia, ia mengakui kembali terburu-buru untuk meraih poin, hingga membuat kesalahan sendiri yang malah menguntungkan buat lawan.
“Dari situ saya malah terburu-buru ingin mendapat poin sedangkan Viktor mulai bermain lebih sabar, bertahan dulu. Perubahan itu membuat saya banyak hilang poin,” ungkap tunggal putra peringkat lima dunia itu.
Di poin-poin tua, saat kedua pemain berada di skor 18-18, Axelsen sempat melakukan protes kepada wasit karena menilai bola netting yang dilakukan Ginting tidak sah menyusul adanya touch di net.
“Di poin 19-18 itu saya tidak merasa ada touch apa-apa, lagipula sudah keputusan wasit dan saya tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Ginting.
“Hal ini saya sampaikan juga ke dia setelah pertandingan. Mungkin kalau saya di posisi dia juga akan sama reaksinya. Mungkin itu salah satu momen keberuntungan saya juga hari ini,” ujarnya menambahkan.
Kemenangan ini pun menjadi pertama kalinya sejak Ginting menang atas Axelsen di Indonesia Masters 2020. Sejak itu, Ginting menelan setidaknya 11 kali kekalahan beruntun dari peraih medali emas Olimpiade 2020 Tokyo tersebut.
Selain itu, ini juga merupakan pertama kalinya dalam 15 tahun bagi tunggal putra Indonesia untuk menembus babak semifinal turnamen bulu tangkis tertua di dunia ini.
Terakhir kalinya tunggal putra Indonesia lolos ke semifinal turnamen Super 1000 All England Open adalah pada tahun 2009, dimana Taufik Hidayat berhadapan dan kalah dari Lee Chong Wei (Malaysia).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ginting melaju ke semifinal All England usai kalahkan Axelsen