Cianjur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menggencarkan sosialisasi pencegahan seks menyimpang dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat karena munculnya sejumlah kasus yang membuat nama Kabupaten Cianjur yang dikenal sebagai kota santri tercoreng.
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur, Rabu, mengatakan prihatin dengan fenomena penyimpangan seksual yang masih banyak terjadi di Cianjur, diperparah dengan kasus pembunuhan pasangan sesama jenis di salah satu hotel di kawasan Cipanas untuk kedua kalinya.
Baca juga: Pemkab Cianjur instruksikan penambahan jam pelajaran agama di sekolah
"Sudah dua tahun berturut-turut kejadian yang hampir sama terjadi di Cianjur, sehingga ini mencoreng nama Kabupaten Cianjur sebagai kota santri, ini akan menjadi fokus pemerintah dalam menanggulangi kasus seks menyimpang di Cianjur," katanya.
Penyimpangan seksual, ungkap dia, seperti fenomena gunung es yang di permukaan terlihat sedikit padahal jumlahnya sangat banyak, sehingga untuk menangani penyimpangan seksual perlu peran dari semua pihak, mulai dari tenaga pengajar hingga orangtua.
Penanganan penyimpangan seksual harus dilakukan dari anak usia dini dan usia sekolah, bukan sebatas tanggungjawab sekolah dan tenaga pendidikan namun tanggungjawab bersama termasuk orangtua untuk melakukan pembinaan dan mengawasi anaknya secara ketat.
"Termasuk dalam memberikan bekal agama terhadap anak sejak dini agar terhindar dari penyimpangan seksual yang sejak beberapa tahun terakhir banyak ditemukan di Cianjur," katanya.
Dia menjelaskan, untuk individu yang terindikasi dan sudah terjerumus dalam penyimpangan seksual, pemerintah daerah akan melibatkan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) untuk melakukan pembinaan, pengobatan dan pencegahan.
"Pemkab Cianjur akan mengupayakan mereka yang terindikasi tidak menjadi pelaku penyimpangan seksual, sedangkan yang sudah terjerumus akan diberikan pendampingan dan pengobatan sampai sembuh, sehingga ke depan tidak ada lagi pelaku penyimpangan seksual di Cianjur," katanya.