Jakarta (ANTARA) - Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan mata uang Asia, termasuk rupiah, dipengaruhi prospek kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang tak terlalu hawkish.
“Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menyampaikan nada yang tampaknya kurang hawkish dalam pidatonya pada hari Jumat (8/12), terkait komentarnya tentang menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter yang ketat dan soft economic landing yang menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed secara pasti,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin.
Kendati Powell memperingatkan suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, lanjutnya, pelaku pasar meningkatkan ekspektasi terhadap kebijakan The Fed yang tak terlalu hawkish dalam beberapa bulan mendatang.
Pasar memperhitungkan kemungkinan di atas 90 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga hingga pertemuan pada Desember 2023, dan lebih dari 60 persen kemungkinan bank tersebut bakal mulai memangkas suku bunga pada Maret 2024. “Namun, perkiraan ini sebagian besar bergantung pada inflasi dan pasar tenaga kerja, dengan data nonfarm payrolls yang dirilis pada hari Jumat (8/12) akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai hal tersebut,” kata Ibrahim.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah kuat sebab prospek kebijakan The Fed yang tak terlalu "hawkish"