Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat (Jabar) menilai penurunan tingkat pengangguran di Jabar menandakan terjadinya kebangkitan pasca pandemi COVID-19.
"Alhamdulillah dengan adanya penurunan tersebut, ini artinya ekonomi di kita ada kebangkitan dan tumbuh lagi dari bencana COVID-19, itu artinya seluruh langkah pembangunan dalam konteks ekonomi khususnya, itu menunjukkan tanda kebangkitan itu kabar menggembirakan," kata Kepala Disnakertrans Jabar Teppy Wawan Dharmawan saat dikonfirmasi di Bandung, Senin.
Pasca-COVID-19, kata Teppy, sektor jasa dan padat karya adalah sektor terbesar penyerap tenaga kerja di Jabar.
"Jadi jasa seperti hotel, restoran, kemudian padat karya seperti pabrik-pabrik besar yang mulai beroperasi pasca COVID-19 yang memang terdampak," ujarnya.
Meski mengalami penurunan, terkait dengan pengangguran yang masih ada, Teppy mengatakan pihaknya melakukan berbagai langkah untuk menanggulanginya, pertama menyiapkan tenaga kerja agar bisa terserap pada lapangan kerja, baik dengan melalui balai latihan kerja (BLK) dari dinas, atau dengan menggandeng lembaga-lembaga persiapan kerja swasta.
"Kita mulai dari tingkat SMK, karena dugaan kami adanya lapangan kerja tapi juga adanya pengangguran berarti belum link and match. Jadi kami penetrasinya langsung ke pendidikannya," katanya lagi.
Selanjutnya, kata Teppy, pihaknya juga membuka ruang untuk penyaluran tenaga kerja ke luar negeri, di mana dikatakannya saat ini sudah ada permohonan dari Jepang, Korea, bahkan Jerman yang memang tengah membutuhkan tenaga kerja. "Dan kami menghindari pengiriman pekerja domestik tidak lagi ke arah pekerja rumah tangga namun profesional, karena selain itu yang rentan juga saat ini tengah moratorium khususnya untuk daerah Timur Tengah. Jadi kami siapkan calon pekerja migrannya," ujar dia lagi.
"Selain itu, kami juga memaksimalkan layanan Sijuara yang merupakan tempat bertemunya pencari kerja dengan penyedia kerja seperti job fair, atau bursa kerja," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jabar mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja Jawa Barat per Agustus 2023, adalah sebesar 7,44 persen dari penduduk angkatan kerja yaitu 25,39 juta orang.
"Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar tujuh orang penganggur," kata Kepala BPS Jabar Marsudijono dalam keterangannya.
Pada Agustus 2023, TPT sebesar 7,44 persen mengalami penurunan sebesar 0,87 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022 (8,31 persen).
Pada Agustus 2023, TPT laki-laki sebesar 8,09 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 6,25 persen.
Jika dibandingkan Agustus 2022, TPT laki-laki maupun yang perempuan mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,46 persen poin dan 1,64 persen poin.
Apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal, TPT di perkotaan (7,92 persen) jauh lebih tinggi dari TPT di daerah perdesaan (5,65 persen). TPT menurut daerah tempat tinggal mengalami penurunan jika dibandingkan Agustus 2022, masing-masing sebesar 1,00 persen poin dan 0,52 persen poin. Apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, TPT pada Agustus 2023 mempunyai pola yang hampir sama dengan Agustus 2022.
Pada Agustus 2023, TPT dari tamatan sekolah menengah Kkejuruan masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 13,42 persen. Sementara TPT yang paling rendah adalah pada pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 3,93 persen.
Dibandingkan Agustus 2022, TPT pada seluruh jenjang pendidikan mengalami penurunan. Penurunan TPT terbesar terjadi pada kategori pendidikan sekolah menengah pertama yaitu sebesar 1,30 persen poin.
"Alhamdulillah dengan adanya penurunan tersebut, ini artinya ekonomi di kita ada kebangkitan dan tumbuh lagi dari bencana COVID-19, itu artinya seluruh langkah pembangunan dalam konteks ekonomi khususnya, itu menunjukkan tanda kebangkitan itu kabar menggembirakan," kata Kepala Disnakertrans Jabar Teppy Wawan Dharmawan saat dikonfirmasi di Bandung, Senin.
Pasca-COVID-19, kata Teppy, sektor jasa dan padat karya adalah sektor terbesar penyerap tenaga kerja di Jabar.
"Jadi jasa seperti hotel, restoran, kemudian padat karya seperti pabrik-pabrik besar yang mulai beroperasi pasca COVID-19 yang memang terdampak," ujarnya.
Meski mengalami penurunan, terkait dengan pengangguran yang masih ada, Teppy mengatakan pihaknya melakukan berbagai langkah untuk menanggulanginya, pertama menyiapkan tenaga kerja agar bisa terserap pada lapangan kerja, baik dengan melalui balai latihan kerja (BLK) dari dinas, atau dengan menggandeng lembaga-lembaga persiapan kerja swasta.
"Kita mulai dari tingkat SMK, karena dugaan kami adanya lapangan kerja tapi juga adanya pengangguran berarti belum link and match. Jadi kami penetrasinya langsung ke pendidikannya," katanya lagi.
Selanjutnya, kata Teppy, pihaknya juga membuka ruang untuk penyaluran tenaga kerja ke luar negeri, di mana dikatakannya saat ini sudah ada permohonan dari Jepang, Korea, bahkan Jerman yang memang tengah membutuhkan tenaga kerja. "Dan kami menghindari pengiriman pekerja domestik tidak lagi ke arah pekerja rumah tangga namun profesional, karena selain itu yang rentan juga saat ini tengah moratorium khususnya untuk daerah Timur Tengah. Jadi kami siapkan calon pekerja migrannya," ujar dia lagi.
"Selain itu, kami juga memaksimalkan layanan Sijuara yang merupakan tempat bertemunya pencari kerja dengan penyedia kerja seperti job fair, atau bursa kerja," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jabar mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja Jawa Barat per Agustus 2023, adalah sebesar 7,44 persen dari penduduk angkatan kerja yaitu 25,39 juta orang.
"Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar tujuh orang penganggur," kata Kepala BPS Jabar Marsudijono dalam keterangannya.
Pada Agustus 2023, TPT sebesar 7,44 persen mengalami penurunan sebesar 0,87 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022 (8,31 persen).
Pada Agustus 2023, TPT laki-laki sebesar 8,09 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 6,25 persen.
Jika dibandingkan Agustus 2022, TPT laki-laki maupun yang perempuan mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,46 persen poin dan 1,64 persen poin.
Apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal, TPT di perkotaan (7,92 persen) jauh lebih tinggi dari TPT di daerah perdesaan (5,65 persen). TPT menurut daerah tempat tinggal mengalami penurunan jika dibandingkan Agustus 2022, masing-masing sebesar 1,00 persen poin dan 0,52 persen poin. Apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, TPT pada Agustus 2023 mempunyai pola yang hampir sama dengan Agustus 2022.
Pada Agustus 2023, TPT dari tamatan sekolah menengah Kkejuruan masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 13,42 persen. Sementara TPT yang paling rendah adalah pada pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 3,93 persen.
Dibandingkan Agustus 2022, TPT pada seluruh jenjang pendidikan mengalami penurunan. Penurunan TPT terbesar terjadi pada kategori pendidikan sekolah menengah pertama yaitu sebesar 1,30 persen poin.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Disnaker sebut penurunan tingkat pengangguran tanda kebangkitan Jabar