Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Agustus 2023, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp5.833 per kilogram atau naik 3,62 persen dan di tingkat penggilingan Rp5.979 per kg atau naik 3,74 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
"Dari 1.837 transaksi penjualan gabah di 27 provinsi selama Agustus 2023, tercatat transaksi gabah kering panen 58,52 persen, gabah kering giling (GKG) 26,57 persen, dan gabah luar kualitas 14,92 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini saat Rilis Berita Statistik di Jakarta, Jumat.
Pudji menjelaskan, rata-rata harga GKG di tingkat petani Rp6.760 per kilogram atau naik 5,82 persen dan di tingkat penggilingan Rp6.868 per kilogram atau naik 5,57 persen. Harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp5.712 per kilogram atau naik 5,30 persen dan di tingkat penggilingan Rp5.829,00 per kg atau naik 4,66 persen.
Dibandingkan Agustus 2022, rata-rata harga gabah pada Agustus 2023 di tingkat petani untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah luar kualitas masing-masing naik sebesar 19,88 persen; 23,03 persen; dan 26,04 persen.
Di tingkat penggilingan, rata-rata harga gabah pada Agustus 2023 dibandingkan Agustus 2022 untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah luar kualitas masing-masing naik sebesar 19,93 persen; 22,32 persen; dan 25,62 persen.
"Selama Agustus 2023, survei harga produsen beras di penggilingan dilakukan pada 873 perusahaan penggilingan di 31 provinsi, di mana diperoleh 1.095 observasi beras di penggilingan," kata Pudji.
Pada Agustus 2023, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp11.754 per kilogram, naik sebesar 1,88 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp11.475 per kilogram atau naik sebesar 3,19 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp10.525 per kilogram atau naik sebesar 2,16 persen.
Sementara itu, dibandingkan dengan Agustus 2022, rata-rata harga beras di penggilingan pada Agustus 2023 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing naik sebesar 18,72 persen; 22,62 persen; dan 16,05 persen.
Nilai tukar petani
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Agustus 2023 naik 1,09 persen menjadi 111,85 dibandingkan bulan sebelumnya 110,64, berdasarkan hasil pemantauan terhadap harga-harga perdesaan di 34 provinsi Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan kenaikan NTP pada Agustus 2023 disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian serta biaya produksi dan penambahan barang modal. Sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga mengalami penurunan.
"Kenaikan NTP Agustus 2023 dipengaruhi oleh naiknya NTP di empat subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,95 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 0,52 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,90 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,16 persen,” ujar Pudji dalam Berita Statistik di Jakarta, Jumat.
Namun demikian, Pudji menyebut bahwa NTP pada subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,79 persen.
Dari 34 provinsi, sebanyak 30 provinsi mengalami kenaikan NTP, sedangkan empat provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Kenaikan tertinggi pada Agustus 2023 terjadi di Provinsi Sulawesi Barat, yaitu sebesar 2,47 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 1,32 persen.
Kenaikan tertinggi NTP di Provinsi Sulawesi Barat disebabkan oleh kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas kakao yang naik sebesar 5,80 persen. Penurunan terbesar NTP di Provinsi Sumatera Selatan disebabkan oleh penurunan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas karet yang turun sebesar 2,67 persen.
Pada Agustus 2023, secara nasional indeks harga yang diterima petani (lt) naik sebesar 1,08 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 129,58 menjadi 130,99. Kenaikan It pada Agustus 2023 disebabkan oleh naiknya It di empat subsektor pertanian, yaitu tanaman pangan sebesar 1,91 persen; tanaman hortikultura sebesar 0,48 persen; tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,89 persen; dan perikanan sebesar 0,21 persen.
Di bulan yang sama, indeks harga yang dibayar oleh petani (lb) secara nasional turun sebesar 0,01 persen bila dibanding Juli 2023 yakni dari 117,12 menjadi 117,11. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai Ib di tiga subsektor pertanian, yaitu tanaman pangan sebesar 0,04 persen; tanaman hortikultura sebesar 0,03 persen; dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,01 persen.
Indeks harga yang dibayar oleh petani pada dua subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu peternakan sebesar 0,09 persen dan perikanan sebesar 0,05 persen.
BPS juga menyebut, Nilai Tukar Nelayan (NTN) naik sebesar 0,11 persen pada Agustus 2023. Hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 0,18 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,07 persen.
"Kenaikan It disebabkan oleh naiknya It pada kelompok penangkapan di laut khususnya komoditas ikan cakalang dan rajungan sebesar 0,29 persen. Sementara It kelompok penangkapan di perairan umum untuk ikan baong dan ikan gabus turun sebesar 0,39 persen," kata Pudji.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Harga gabah kering panen di tingkat petani Rp5.833 per kilogram
BPS: Harga gabah kering panen di tingkat petani dikisaran Rp5.833/kilogram
Jumat, 1 September 2023 16:11 WIB