Dia mengatakan bahwa dia memperoleh promo penyambungan baru daya 7.700 VA saat akan memasang "home charging services".
“Kami sekarang ada kebiasaan baru. Saat malam hari, disamping nge-charge HP, kami juga nge-charge baterai mobil agar keesokan harinya kapasitas batere mobil sudah full charge. Ini sangat menguntungkan karena ada diskon sebesar 30 persen bila isi dari jam 22.00 sampai dengan 05.00,” kata Gatot.
Baca juga: PLN: Gangguan listrik di Jabar turun berkat transformasi layanan
Baca juga: PLN: Gangguan listrik di Jabar turun berkat transformasi layanan
Sependapat dengan Gatot, Agung pengendara EV atau electric vehicle dari Bojongsoang juga merasa sangat untung setelah beralih menggunakan mobil listrik.
“Saya lebih sering nge-charge di rumah. Walau 3 sampai 4 hari sekali, itu sudah cukup untuk pulang pergi kantor, kecuali kalau ada lembur atau dinas luar saya juga charge di SPKLU,” kata Agung.
Ia menjelaskan saat nge charge di rumah, sekali nge-charge sampai penuh diperlukan biaya token sebesar Rp250.000.
Dengan kondisi tersebut, dia bisa menempuh jarak hingga 200 km. Sedangkan saat menggunakan mobil BBM, dia perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp300.000 agar tanki terisi penuh.
“Tidak seperti kita pakai bensin. Soalnya kalau pakai mobil bensin sebulan habis Rp1,5 juta buat menunjang kegiatan saya. Kalau pakai mobil listrik, saya bisa hemat lebih dari Rp1 juta karena biaya nge-charge sebulan hanya Rp250.000. Dari Rp1,5 juta buat beli BBM sekarang Rp250.000 udah cukup,” kata Agung.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pelanggan "home charging" PLN di Jawa Barat tumbuh 198 persen