Jakarta (ANTARA) - Plt Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono mengaku tak akan memaksa Ketua Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Sandiaga Salahuddin Uno sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo dalam Pemilu 2024.
"Politik tidak bisa memaksakan kehendak, karena politik itu
adalah demokrasi," ujar Mardiono usai Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI PPP di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa di dalam dunia politik yang digunakan adalah negosiasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan pihak lain agar bisa menerima visi dan misi yang diajukan oleh partai berlogo ka'bah itu.
"Politik ini kan kami menggunakan kekuatan komunikasi dan lobi-lobi," jelasnya.
Meski begitu, Mardiono mengatakan akan tetap berusaha memperjuangkan Sandiaga Uno agar dapat dipilih oleh PDI Perjuangan (PDIP) untuk mendampingi bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dalam Pemilu 2024.
"Kalau politik, lobi-lobi menghadirkan sebuah ide dan gagasan untuk membangun bangsa dan negara ini ke depan. Tidak ada politik ini memaksakan, (kalau memaksakan) ya namanya otoriter," ucap dia.
Ia juga menampik anggapan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memiliki resistensi dengan Sandiaga. Menurut dia, sebagai seorang negarawan, Megawati selalu membuka ruang yang sama untuk semua pihak.
“Ibu Megawati adalah guru politik nasional kita ya, karena itu saya yakini itu tidak (resisten). Tidak menjaga batas, menjaga jarak dengan semua tokoh-tokoh bangsa kita,” pungkas Mardiono.