Demensia
Dua peserta ibadah haji tersebut merupakan sebagian contoh kasus demensia yang dipicu oleh disorientasi tempat, waktu, dan disorientasi orang-orang di sekitarnya.
Gejala-gejala yang bisa terlihat awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami, kemudian sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu, dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya ke embarkasi atau ke Tanah Suci.
“Demensia ini merupakan fenomena jamaah haji Indonesia tahun ini karena memang jumlah lansianya lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata dr. M. Imran pada konferensi pers secara virtual, Senin (5/6).
Pada jamaah yang mengalami demensia perlu diberikan stimulasi kognitif, mengajak pasien ngobrol, atau bersosialisasi dengan sekitar. Biasanya setelah terapi ini, ingatan pasien akan pulih kembali.
Namun, dr. Imran menekankan bahwa setelah pasien pulih harus tetap diwaspadai karena demensia ini sewaktu-waktu bisa muncul, terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi.
Demensia dapat dicegah
Penanganan dan antisipasi terjadinya demensia sangat penting dan menurut dr. Imran, gangguan daya ingat tersebut dapat dicegah.
“Demensia jamaah lansia memang masih bisa dicegah. Artinya jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif," kata dr. Imran.