New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena komentar terbaru menteri energi Saudi mendorong ekspektasi pengurangan produksi oleh negara-negara penghasil minyak di tengah perkiraan pasar bensin yang lebih ketat.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terkerek 86 sen atau 1,19 persen, menjadi menetap di 72,91 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli menguat 85 sen atau 1,12 persen, menjadi ditutup pada 76,84 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak bergerak lebih tinggi pada Selasa (23/5/2023) menyusul peringatan dari Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman bahwa short-selliers (mereka yang bertaruh bahwa harga akan turun) "hati-hati" seperti yang mereka lakukan pada April, kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, pemasok jasa perdagangan multi-aset daring.
"Hati-hati" adalah pesan menjelang pertemuan berikutnya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya awal bulan depan yang mungkin merupakan tanda bahwa kelompok tersebut sedang mempertimbangkan untuk memangkas produksi sekali lagi di tengah prospek ekonomi global yang lebih suram, menurut Erlam.
Erlam menambahkan harga minyak mentah Brent perlu naik di atas 77,50 dolar AS per barel untuk menandakan pergeseran sentimen.
Kedua harga acuan minyak memperpanjang kenaikan menjadi sekitar dua persen dalam perdagangan pasca-penyelesaian.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak naik, pedagang perkirakan kemungkinan pengurangan produksi
Harga minyak naik, pedagang perkirakan kemungkinan pengurangan produksi
Rabu, 24 Mei 2023 5:48 WIB