Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Jawa Barat, menyebutkan, stok daging ayam dalam kondisi mencukupi kebutuhan, bahkan surplus meski komoditas itu menjadi penyumbang terbesar inflasi di Kota Bandung.
Kabid Distribusi dan Konsumsi DKPP Kota Bandung Rima Rosmiati mengatakan saat ini harga ayam berada di atas harga eceran tertinggi (HET) walaupun stok masih surplus di berbagai pasar di Kota Bandung.
"Harga ayam sedikit di atas harga acuan yaitu Rp38.000 per kilogram sementara HET Rp36.000 per kilogram," kata Rima di Bandung, Sabtu.
Menurutnya harga ayam yang di atas HET itu disebabkan kenaikan harga dari tingkat peternak sebesar 3 persen sehingga harga ayam di pasaran ikut terangkat.
Rima mengatakan kenaikan harga di tingkat peternak merupakan dampak dari serapan program Bantuan Sosial (Bansos) Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk stunting yang diadakan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Menurutnya daging ayam di Kota Bandung dipasok dari berbagai daerah sekitar, mulai dari Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasik, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, hingga sebagian kecil dari Jawa Tengah.
Walaupun mengalami peningkatan, menurutnya saat ini harga ayam masih sangat wajar mengingat tingkat ketersediaan komoditas tersebut yang masih terkendali.
"Kalau harga ayam masih wajar karena hanya 3 persen di atas HET," kata Rima.
Daging ayam menyumbang inflasi paling tinggi yakni 0,3 persen dari tingkat inflasi di Kota Bandung sebesar 4,17 persen untuk year on year (YoY) pada April 2023.
Tingginya inflasi dari daging ayam disebabkan berkurangnya pasokan daging ayam dari para peternak pada momen libur Lebaran 2023 sehingga menghambat kelancaran distribusi pengiriman pasokan pangan ke Kota Bandung.