Jakarta (ANTARA) - KBRI Ankara menyatakan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban bencana banjir besar yang melanda wilayah tenggara Turki, akibat hujan deras selama dua hari terakhir.
Berdasarkan data KBRI, terdapat 12 WNI korban gempa yang masih tinggal di wilayah terdampak banjir tersebut.
“KBRI telah melakukan komunikasi dengan 12 WNI yang masih tinggal di Sanliurfa, Adyaman, dan Dyarbakir. Semuanya dalam kondisi selamat,” ujar pejabat senior Fungsi Kekonsuleran KBRI Ankara Rahmawati dalam keterangan tertulis, Jumat.
Daerah paling terdampak akibat banjir tersebut adalah provinsi Sanliurfa dan Adyaman. Sebagian provinsi Dyarbakir juga terdampak banjir seluas 25 kilometer persegi tersebut.
Ketiga provinsi tersebut termasuk dari 10 provinsi yang terdampak langsung oleh gempa bermagnitudo 7,8 yang terjadi pada 6 Februari 2023.
Otoritas kebencanaan Turki (AFAD) menyebutkan bahwa 15 orang meninggal dunia akibat banjir.
Banjir yang di beberapa bagian mencapai lebih dari 2 meter tersebut juga melanda kampung-kampung tenda korban gempa dan sejumlah rumah sakit.
Sejak 13 Maret 2023, AFAD telah memberikan peringatan mengenai kemungkinan cuaca buruk di sejumlah provinsi di tenggara Turki.
Para periode 14-20 Maret 2023, KBRI Ankara terus memantau perkembangan situasi dan melakukan komunikasi dengan WNI di wilayah-wilayah yang diperkirakan akan mengalami cuaca buruk tersebut.
Pengakhiran misi tersebut ditandai dengan penyerahan Rumah Sakit (RS) Lapangan Indonesia di Kota Hassa, Hatay, dari Dubes Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal, sebagai hibah dari pemerintah dan rakyat Indonesia, kepada perwakilan Kementerian Kesehatan Turki, Arif Cetin.
“Pemerintah dan masyarakat Turki di Hatay sangat mengapresiasi kehadiran kita serta hibah ini”, kata Dubes Indonesia Lalu Muhammad Iqbal dalam keterangan tertulis KBRI Ankara, Selasa.
Pada kesempatan yang sama, Indonesia juga menyerahkan bantuan empat kontainer bahan makanan instan dari Kementerian Pertahanan Indonesia.
Dubes mengatakan hampir seluruh rumah sakit permanen di wilayah terdampak gempa sudah aktif kembali, namun keberadaan rumah sakit lapangan akan membantu mengurangi beban rumah sakit yang ada.
“Khususnya Rumah Sakit Lapangan Indonesia, dalam 10 hari terakhir paling tinggi jumlah pelayanannya dibandingkan dengan rumah sakit lapangan lainnya di Provinsi Hatay”, ujar Iqbal.
Ketua Misi Kemanusiaan dari BNPB Bambang SP disebutkan sangat terharu dan bangga melihat sambutan serta kepercayaan luar biasa yang ditunjukkan masyarakat Hatay pada RS Lapangan Indonesia.
Acara penutupan misi dan penandatanganan hibah RS Lapangan Indonesia tersebut juga dihadiri oleh gubernur Yozgat, Ziya Polat, perwakilan kementerian sosial, serta sejumlah warga masyarakat.
RS Lapangan Indonesia ini terdiri dari 18 tenda pelayanan medis milik MDMC Muhammadiyah dan Kementerian Kesehatan serta 11 tenda pendukung milik BNPB, Polri, dan TNI.
Sejak beroperasi penuh pada 15 Februari 2023, RS Lapangan Indonesia selalu didatangi pasien melebihi kapasitas normalnya --150 pasien per hari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KBRI: tidak ada WNI korban dalam bencana banjir di Turki