Cilacap (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengimbau pengguna jasa kelautan untuk mewaspadai gelombang tinggi hingga sangat tinggi di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berpotensi terjadi pada tanggal 24-26 Februari 2023.
"Potensi terjadinya gelombang tinggi hingga sangat tinggi ini dipengaruhi oleh peningkatan kecepatan angin di laut selatan Jabar-DIY," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jateng, Jumat.
Dalam hal ini, kata dia, pola angin di laut selatan Jabar-DIY dominan bergerak dari arah selatan hingga barat laut dengan kecepatan 2-30 knot.
Menurut dia, pola gerakan angin yang cenderung searah dengan kecepatan tinggi tersebut berpotensi meningkatkan tinggi gelombang di laut Jabar-DIY.
Ia mengatakan berdasarkan analisis, tinggi gelombang di perairan selatan Sukabumi-Cianjur pada hari Jumat (24/2), pukul 19.00 WIB, hingga Sabtu (25/2), pukul 19.00 WIB, diprakirakan berkisar 1,25-2,5 meter atau masuk kategori sedang.
Pada periode yang sama, tinggi gelombang di perairan selatan Garut-Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen-Yogyakarta, Samudra Hindia selatan Jabar, dan Samudra Hindia selatan Jateng-DIY diprakirakan berkisar 2,5-4 meter atau masuk kategori tinggi.
Sementara pada hari Sabtu (25/2), pukul 19.00 WIB, hingga Minggu (26/2), pukul 19.00 WIB, tinggi gelombang di perairan selatan Sukabumi-Cianjur, perairan selatan Garut-Pangandaran, perairan selatan Cilacap, dan perairan selatan Kebumen-Yogyakarta diprakirakan berkisar 2,5-4 meter atau masuk kategori tinggi.
Pada periode yang sama, tinggi gelombang di Samudra Hindia selatan Jabar dan Samudra Hindia selatan Jateng-DIY diprakirakan berkisar 4-6 meter atau masuk kategori sangat tinggi.
"Kondisi cuaca di laut selatan Jabar-DIY pada tanggal 24-26 Februari diprakirakan berpotensi terjadi hujan ringan hingga sedang," kata Teguh.Terkait dengan kondisi cuaca tersebut, dia mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan untuk memerhatikan tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran karena berdasarkan analisis, kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter berisiko terhadap perahu nelayan.
Selanjutnya, kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter berisiko terhadap tongkang, kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter berisiko terhadap kapal feri, serta kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter berisiko terhadap kapal ukuran besar, seperti kapal kargo dan kapal pesiar.
"Bagi masyarakat yang memanfaatkan liburan akhir pekan untuk berwisata ke pantai selatan Jabar, pantai selatan Jateng, dan pantai selatan DIY, kami imbau untuk tidak berenang atau bermain air terutama di wilayah pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas karena gelombang tinggi dapat terjadi sewaktu-waktu," kata Teguh.
Pancaroba
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem seperti angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat berdurasi singkat berpotensi terjadi pada masa pancaroba, masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau.
"Pada Maret, April, Mei 2023, beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi sebelum memasuki kemarau pada bulan Juni. Hal yang perlu diwaspadai, fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat.
BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Indonesia mulai mengalami penurunan karena fenomena La Nina yang semakin melemah.
Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya dan kondisi tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Berdasarkan hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menurut BMKG, saat ini intensitas La Nina terus melemah.
Fenomena La Nina yang semakin melemah dan menuju netral menyebabkan penurunan curah hujan. Saat curah hujan menurun, titik api berpotensi muncul di hutan maupun lahan.
"Kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau, yang diprediksi umumnya menunjukkan curah hujan yang berkurang, yang lebih rendah dari tiga tahun terakhir meskipun sifatnya kembali ke normal," kata Dwikorita.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Waspadai gelombang tinggi-sangat tinggi di selatan Jabar-DIY