"Peperangan akan merusak banyak tatanan kehidupan manusia, seperti menimbulkan banyak korban jiwa dan merusak pergaulan yang telah terjalin antar banyak negara," kata Sekjen Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia itu.
Gus Najih menilai peperangan yang ada justru bertentangan dengan apa yang ingin dicapai Indonesia sebagai suatu negara sah dan diakui di internasional.
Dia menegaskan bahwa khilafah adalah produk politik dan bukan merupakan ajaran agama apa pun, termasuk Islam, karena di dalam Al-Quran tidak ada satu pun ayat yang memerintahkan untuk mendirikan khilafah.
"Jangankan memerintahkan mendirikan khilafah, kata khilafah sendiri saja tidak ditemukan di dalam Al-Quran; yang ada hanya kata khalifah dan khalaif, tapi tidak ada satu pun yang merujuk pada sistem politik khilafah itu," katanya.
Dia menjelaskan perdamaian yang diciptakan di tengah perbedaan sebenarnya sudah dilakukan di zaman Rasulullah Muhammad melalui Piagam Madinah, kontrak sosial yang ditandatangani berbagai suku dan agama di Madinah.
Jika dalam konteks Indonesia, Piagam Madinah mirip dengan Pancasila yang sudah menjadi ideologi bangsa ini sehingga konstitusi kita tidak perlu diubah lagi.
"Tujuan negara kita ini adalah negara yang Bhinneka, kulturnya sangat heterogen yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, dan budaya. Sehingga kita butuh sistem yang bisa menaungi semua kelompok dan unsur bangsa tersebut," ujarnya.
Gus Najih juga menilai Pemerintah perlu mengambil langkah tegas terhadap berbagai propaganda yang berpotensi merusak keutuhan masyarakat dalam berbangsa dan mengancam kedaulatan negara.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gus Najih: Khilafah bertentangan dengan "maqashid syariah"
Gus Najih: Khilafah bertentangan dengan prinsip dan tujuan pokok agama
Rabu, 15 Februari 2023 21:15 WIB