Ia melanjutkan, "Kalau penduduknya 50 juta, jadi yang hamil 800.000. Akan tetapi, ketika total fertility rate (TFR) bisa dibuat 2,1, yang akan hamil 600.000 di Jabar, akan turun 200.000. Penurunan ini sangat signifikan."
Lebih lanjut Hasto memberikan strategi agar bisa mencegah bayi baru lahir mengalami stunting di Jawa Barat, yakni mewajibkan pasangan untuk memeriksakan kesehatannya 3 bulan sebelum menikah, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (HB) tidak kurang dari 12 dan lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 sentimeter melalui aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil atau Elsimil.
Ia memprediksi Jawa Barat akan lebih dahulu mendapatkan bonus demografi. Sementara itu, perbandingan dependency ratio atau rasio ketergantungan Jabar akan jauh lebih panjang daripada DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Hal itu, menurut dia, menjadi keuntungan bagi Jabar asal dapat memanfaatkannya dengan baik untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul pada masa depan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan bahwa pihaknya berusaha keras untuk menurunkan angka stunting dengan melakukan kerja tim bersama bupati dan wali kota di seluruh Jabar dengan menggelar pertemuan setiap 3 bulan sekali.
Untuk menghadapi bonus demografi, dia menyebutkan ada dua hal yang harus dipersiapkan berupa memahami ekonomi digital dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul bebas stunting.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKKBN: Jawa Barat jadi provinsi berpengaruh turunkan stunting nasional