Digitalisasi itu dipercepat juga dengan pandemi, yang memaksa para pekerja di Indonesia untuk melakukan pekerjaan secara remote atau tidak berada di kantor dan bergantung kepada internet.
Menanggapi tren yang terjadi saat ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerja sama dengan Bank Dunia menciptakan sistem pemantauan keterampilan yang menyelaraskan program pendidikan dan keterampilan terhadap tuntutan dunia usaha dan industri.
Langkah pertama yang dilakukan dari sistem pemantauan tersebut adalah menyusun Critical Occupation List (COL) atau Daftar Pekerjaan Kritis di Indonesia.
Hal serupa juga dilakukan oleh studi IndOTaSk atau Tugas dan Keterampilan Pekerjaan Indonesia (Indonesia’s Occupational Tasks and Skills).
Salah satu jenis pekerjaan yang mencuat kebutuhannya ditemukan dari keduanya adalah yang bergerak di bidang teknologi dan informatika, seperti pengembang software.
Kartu Prakerja yang diluncurkan pada awal 2020 kemudian hadir membantu para pekerja tidak hanya meningkatkan kompetensi mereka, tapi juga memiliki kemampuan yang dicari industri.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari memastikan bahwa program itu membekali pesertanya, yang kini sudah mencapai 16,45 juta orang sampai akhir 2022, dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Riset yang dilakukan oleh Presisi Indonesia menemukan Kartu Prakerja berhasil meningkatkan kompetensi, produktivitas dan daya saing serta keterampilan wirausaha.