Bandung (ANTARA) -
Siswa Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menciptakan produk bernama Sambo (Sambal Botolan) yang telah dipasarkan di wilayah Sukabumi.
"Kita tanam cabai agar menghasilkan produk sambal, kemudian buat izin edar dan izin halalnya sudah. Nama produknya Sambo atau Sambal Botolan," kata Kepala Sekolah SLBN Surade Sukabumi Dini Handayani, di Gedung Dinas Pendidikan Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis.
Saat ini SLBN Surade menjadi satu-satunya SLBN yang memiliki jurusan vokasional seperti SMK, kata Dini Handayani.
Dini mempunyai perhatian lebih terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus dan melalui pemikiran dan cara pandangnya terhadap anak disabilitas.
Dia menggagas sejumlah inovasi agar seluruh anak memiliki hak yang sama dalam mengakses pendidikan.
Salah satu inovasi ialah menggulirkan program vokasi layaknya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Di mana saat ini ada dua jurusan vokasional di SLBN Surade, yaitu Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura serta Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.
"Akhirnya dibentuk yang nyambung dari hulu sampai hilir, dari ditanam sampai diolah dan dipasarkan. Dua jurusan itu nyambung, dari nanam, diolah dan dipasarkan," kata dia.
Dini pun menceritakan bagaimana asal mula pemikirannya untuk membentuk jurusan di SLBN Surade.
Dengan bekal landasan kurikulum bahwa SLB juga mengakomodir keterampilan para siswanya.
Namun, program vokasional di SLB itu harus terarah dan terjamin keberlangsungannya.
Oleh karena itu, pihaknya melakukan kembali analisis lingkungan yang tertuju pada potensi yang ada di Kabupaten Sukabumi, termasuk mata pencaharian orangtua.
Sehingga, lulusan di SLBN Surade itu jika tidak terserap di dunia kerja, mereka bisa berwirausaha atau minimal bisa membantu pekerjaan orangtuanya.
"Akhirnya baru tersusun ternyata mata pencaharian siswa itu petani, berarti saya putuskan kita ke pertanian. Saya tidak ngerti juga pertanian," kata dia.
"Saya belajar ke SMK Pertanian, jadi saya berkolaborasi, jadi alurnya saya analisis dulu apa yang harus disiapkan. Analisis SDM, sarana prasarana dan juga kurikulumnya," lanjutnya.
Mengingat SDM guru di bidang pertanian belum ada, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian untuk memberikan penyuluhan kepada semua guru.
Begitupun dengan sarana prasarana sekolah yang belum ada, pihaknya juga memutar otak bagaimana lahan yang sudah ada bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendukung program tersebut.
Akhirnya, setengah lapangan SLBN Surade dijadikan lahan perkebunan.
"SDM tidak ada saya kerjasama dengan Dinas Pertanian, yaitu untuk memberikan penyuluhan ke semua guru. itu bulan pertama di Surade, makannya cepet. Sarana sekolah Surade luas 6000 meter, lapangannya juga luas, akhirnya saya potong dijadikan lapang, sepotong jadi kebon. Ukurannya sekitar 20 x 15 meter. Lahan ada dan guru sudah siap," kata dia.