Yumna juga menyebut beberapa dosen ITB yang membantu mereka dalam proses pengembangan HyperSync.
"Kita coba kontak Dosen SITH yang spesialisasi endokrinologi, Dr Lulu Lusianti Fitri, M Sc juga Dosen SF Amirah Adlia untuk validasi awal. Setelah itu, kita validasi alat ke Dosen STEI, Isa Anshori, PhD, bahkan kita sempat ke dermatologist untuk validasi ide ini. Jadi, kita memang multidisiplin, mendapat banyak bantuan dari profesional, dosen, termasuk L'Oréal Indonesia,” ujar Yumna.
Anggota tim lainnya, Salma, mengatakan selain dukungan dari ITB, prestasi ini dapat mereka raih berkat latar belakang mereka yang berbeda-beda.
Baca juga: Sekolah Farmasi ITB: Produk tembakau dipanaskan lebih rendah risiko kesehatannya
Baca juga: Sekolah Farmasi ITB: Produk tembakau dipanaskan lebih rendah risiko kesehatannya
“Background tim kita diverse. Aku dari jurusan Sains dan Teknologi Farmasi, Yumna dari Teknik Elektro, dan Angel dari Kewirausahaan, jadi kita bisa bagi peran berdasarkan ilmu yang kita punya. Ide kita itu berbasis hormon sama digital, jadi bagian hormon, seperti jenis produk atau serumnya itu bagian aku, untuk teknikal dan digitalnya bagian Yumna, dan bisnis, marketing, atau partnership itu bagian Angela,” ujar Salma.
Anggota tim lainnya, Angel juga menceritakan awal mula tim ini terbentuk.
“Kita ketemu di non-profit organization yang sama tahun 2020, jadi sudah kenal dari 2 tahun yang lalu. Waktu itu aku leader organisasinya, Yumna dan Salma di divisi yang sama. Aku dan Salma sering lomba bareng, pernah ikut Brandstorm 2021 juga, tapi belum menang. Setelah itu, kita bertiga memutuskan untuk ikut lomba yang sama, yaitu L'Oréal Brandstorm 2022,” kata Angela.