Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir lebih dari satu dolar per barel di awal perdagangan Asia pada Senin, karena kekhawatiran ekonomi global menekan prospek permintaan minyak sementara investor mengamati pertemuan G7 minggu ini untuk kemungkinan pergerakan ekspor minyak Rusia dan kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Iran.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 1,42 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 111,70 dolar AS per barel pada pukul 00.10 GMT setelah rebound 2,8 persen pada Jumat (24/6). Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,54 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 106,08 dolar AS per barel, menyusul kenaikan 3,2 persen di sesi sebelumnya.
Kedua kontrak mencatat penurunan mingguan kedua pekan lalu, karena kenaikan suku bunga di negara-negara ekonomi utama memperkuat dolar dan mengipasi ketakutan resesi. Namun, harga minyak tetap didukung dengan baik di atas 100 dolar AS per barel karena pasokan minyak mentah dan produk minyak tetap ketat setelah sanksi Barat membuat minyak Rusia tidak terjangkau oleh beberapa pembeli.
Para pemimpin negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) diperkirakan akan membahas opsi minggu ini untuk mengatasi kenaikan harga energi dan mengganti impor minyak dan gas Rusia, serta sanksi lebih lanjut yang tidak memperburuk inflasi.
Langkah-langkah ini termasuk kemungkinan pembatasan harga pada ekspor minyak mentah dan produk minyak Rusia yang bertujuan untuk membatasi pendapatan Rusia sambil mengurangi kerusakan pada ekonomi lain.
Baca juga: Harga minyak menuju penurunan pekan kedua
Baca juga: Minyak naik di Asia diperdagangkan 110,44 dolar AS per barel
Baca juga: Minyak turun, menetap di 110,05 dolar AS per barel
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak jatuh saat G7 memperdebatkan kesepakatan nuklir Iran, Rusia
Harga minyak jatuh diperdagangkan 111,70 dolar AS per barel
Senin, 27 Juni 2022 10:05 WIB