Untuk membawa anak-anaknya kembali, Pak Domu dan Mak Domu akhirnya pura-pura bertengkar dan berencana cerai agar dapat perhatian. Usaha tersebut pun berhasil, namun masalah tidak selesai begitu saja dan semakin membuat keluarga ini terpecah.
Minim komedi
Saat melihat deretan pemain yang terlibat, penonton mungkin akan berpikir bahwa "Ngeri Ngeri Sedap" adalah film komedi berbalut drama. Wajar saja, sebab Bene memang membawa rekan-rekannya sesama pelawak tunggal untuk mengisi tokoh-tokoh yang diciptakan.
Namun buang jauh-jauh harapan tersebut. Film ini murni drama keluarga, unsur komedi hanya digunakan sebagai pengantar saja agar penonton bisa ikut terbawa dengan alur cerita yang sengaja dibangun dengan begitu halus untuk memasuki permasalahan yang semakin serius.
Bene secara apik menggiring penonton mencapai titik emosi tertingginya dan menangis bersama dengan Domu, Gabe, Sahat, Mak Domu serta Sarma.
Tema yang diangkat dalam film ini memang begitu dekat dengan keluarga Indonesia. Ditambah lagi, Bene seolah-olah menyuarakan isi hati para anak Batak yang terikat dengan adat, sulitnya mendapat restu saat berpacaran dengan orang yang beda suku, tuntutan untuk menjadi kebanggaan kampung halaman serta peraturan tak tertulis lainnya yang menjadi batu sandungan.
Pada dasarnya, dinamika yang dihadapi oleh keluarga Domu juga terjadi pada suku lain di Indonesia. Oleh karena itu, meski film ini mengambil perspektif anak Batak, namun tetap terasa dekat, relevan dan mengena bagi penontonnya.