Kota Bogor (ANTARA) - Entomolog Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Jawa Barat, Fairuz Hayati mengingatkan obat dan vaksin untuk melumpuhkan Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus pada kasus demam berdarah dengue (DBD) belum ada, sehingga penting untuk mencegah terinfeksi nyamuk tersebut.
Menurut Fairuz, di Kota Bogor, Ahad, menerangkan pencegahan gigitan nyamuk penyebab DBD perlu diperhatikan masyarakat karena selain obat dan yang belum ada, faktor utama penyembuhan adalah kekebalan tubuh penderitanya yang pastinya setiap orang berbeda-beda.
Baca juga: RSUD Kota Bogor catat data pasien DBD tertinggi terjadi Januari
"Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih terus dikembangkan, maka cara terbaik yang dapat kita lakukan adalah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus di lingkungan kita," ujarnya.
Fairuz menyampaikan 3M plus, yakni menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan.
Ditambah mencegah gigitan dan pengembangbiakan nyamuk dengan delapan langkah yaitu memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidur menggunakan kelambu dan memasang kawat kasa di lubang ventilasi.
Selanjutnya, menggunakan lotion antinyamuk, tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, memasang perangkap telur nyamuk yang disebut ovitrap/lavitrap/
mosquito trap dan pengendalian larva atau jentik nyamuk dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuhnya.
Upaya itu, kata dia, lebih baik dari pada harus mengalami DBD yang sampai saat ini penyembuhannya masih bergantung kepada asupan makanan penderitanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus dengue di negara ini masih tergolong tinggi mencapai 32.213 kasus sejak awal tahun hingga 12 April 2022.
Baca juga: Entomolog Kesehatan beberkan potensi DBD di Kota Bogor, apa saja?
Sementara, pada 2021 total sebanyak 73.518 kasus dengan jumlah kematian 705 kasus.
Kemenkes juga menjelaskan dalam resminya, bahwa penanganan terhadap penderita DBD belum menggunakan obat khusus, melainkan obat yang disesuaikan dengan gejala yang timbul.
Beberapa upaya pertolongan awal terhadap penderita dapat dilakukan antara lain tirah baring (bedrest), perbanyak asupan cairan/banyak minum sekurangnya 2 liter per hari, kompres hangat, bila demam tinggi dapat diberikan obat pereda demam (antipiretik) seperti parasetamol.
Bila 2-3 hari gejala semakin memburuk seperti pasien tampak makin lemas, muntah-muntah, gelisah atau timbul pendarahan spontan seperti mimisan, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna dan lain sebagainya diharapkan agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Obat dan vaksin DBD belum ada, kata Entolog Kesehatan
Senin, 16 Mei 2022 6:04 WIB