"Jadi kami memang mengecek, apakah yang sudah kami buat ini pas enggak, sih. Kami takutnya ada hal yang melenceng," tutur Nusi.
Pertimbangan durasi 30 menit juga bukannya tanpa alasan. Menurut Nusi, penuturan sejarah dengan durasi panjang akan membosankan, terutama bagi anak-anak sekolah dasar yang tidak tahan berlama-lama mempelajari sesuatu.
Ruang ImersifA di Museum Nasional merupakan metode perkenalan awal untuk masuk ke sejarah dan budaya Indonesia dengan cara yang kekinian.
"Memang cukup rumit membuat suatu konten dengan pesan yang langsung sampai ke orang. Jadi kami membuat sesuatu yang bisa diterima dicerna dengan mudah oleh masyarakat," ujar Nusi.
Sebelum Ruang ImersifA, Nusi menuturkan pihaknya juga pernah menyajikan cara-cara lain untuk mengenalkan koleksi museum, seperti pameran dan video mapping yang bersifat sementara.
"Tapi itu sifatnya temporer hanya sebulan atau dua minggu. Nah, ini mau yang bisa jangka waktu yang cukup lama. Ruang ImersifA rencananya permanen, tapi nanti akan ada tambahan konten setiap tahunnya," kata Nusi.