New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak delapan persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pasar pulih dari kerugian beberapa hari sebelumnya yang kemudian fokus pada kekurangan pasokan dalam beberapa minggu mendatang akibat sanksi terhadap Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terdongkrak 8,62 dolar AS atau 8,79 persen, menjadi menetap di 106,64 dolar AS per barel, persentase kenaikan terbesar sejak pertengahan 2020. Brent turun di bawah 98 dolar AS di sesi sebelumnya, juga kehilangan 13 persen dari penurunan Senin (14/3/2022)-Rabu (16/3/2022).
Baca juga: Harga minyak melonjak di Asia setelah IEA peringatkan kekurangan pasokan
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April bertmabh 7,94 dolar AS atau 8,35 persen, menjadi ditutup pada 102,98 dolar AS per barel. WTI kehilangan total 13 persen dalam tiga hari sebelumnya, menetap di atas 95 dolar AS pada hari Rabu (16/3/2022)
Harga patokan minyak dalam beberapa pekan terakhir telah mengalami periode paling bergejolak sejak pertengahan 2020. Setelah sempat merosot karena pembeli merealisasikan keuntungan dan kemudian harga naik kembali di tengah ekspektasi bahwa kekurangan pasokan minyak akan segera menekan pasar energi.
Dalam delapan sesi perdagangan terakhir, minyak Brent per barel telah diperdagangkan setinggi 139 dolar AS dan serendah 98 dolar AS - spread lebih dari 40 dolar AS. Itu telah mendorong banyak investor untuk keluar, menciptakan kondisi untuk perubahan harga yang lebih liar di minggu-minggu mendatang, kata para pedagang, bankir dan analis.
Harga minyak di atas 100 dolar, karena peringatan kekurangan pasokan Rusia
Jumat, 18 Maret 2022 8:03 WIB