ANTARAJAWABARAT.com,21/2 - Komisi Penanggulangan Aids Kota Cirebon, Jawa Barat, terus mengawasi ratusan pencandu narkotikan jenis jarum suntik untuk menekan penularanan penyakit HIV/AIDS karena melalui media jarum suntiuk tersebut cukup tinggi.
Jumlah penderita HIV/AIDS dari pecandu narkotika jarum suntik sekitar 136 orang, sedangkan data terhitung mulai dari 2004 hingga 2012 sudah mencapai 494 orang padahal sebelumnya 488 penderita, diperkirakan penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS akan terus bertambah.
"KPA kota Cirebon terus memantau ratusan pengguna narkotika jenis jarum suntik, untuk menekan penularan penyakit tersebut, karena jumlah mereka cukup tinggi sekitar 136 orang, harapannya penyebaran memalui media jarum suntik bisa ditekan,"kata Sekertaris Komisi Penanggulangan Aids Kota Cirebon Sri Maryati kepada wartawan di Cirebon, Selasa.
Penyebaran penyakit HIV/AIDS di daerah Pantura masih memprihatinkan, tahun 2004 hanya beberapa kecamatan yang menjadi perhatian pihaknya, data terkahir penderita sekitar 494 orang.
Padahal sebelumnya 488 terus bertambah, diperkirakan jika masyarakat memahami dan sadar pemeriksaan tes penyakit HIV/AIDS tersebut bisa tiga kali lipat dari jumlah sekarang.
Kesadaran masyarakat di beberapa kelurahan sudah cukup tinggi, kata dia, akibat banyaknya penderita yang meninggal namun masih ada wilayah yang butuh kerja keras pihaknya untuk terus memberikan informasi bahaya dan penularan HIV/AIDS.
Sementara itu Erlianus Thahar dari LSM Fahmina menuturkan, penyebaran penyakit HIV/AIDS melalui pencandu narkoba jenis jarum suntik cukup tinggi di daerah Kota Cirebon butuh pengawasan dan perhatian pihak terkait untuk menekan penularan penyakit mematikan tersebut.
Pengguna narkoba melalui media jarum suntik masih mendominasi penularan penyakit HIV/AIDS didaerah pantura Kota Cirebon, Jawa Barat, kata dia, ditambah pergaulan sek bebas jumlahnya terus meningkat, selain penularan dari ibu hamil dan menyusui.
Menurut dia, semua orang bisa tertular penyakit HIV/AIDS terutama dari hubungan sek, karena secara fisik pengidap penyakit HIV/AIDS tidak terlihat, butuh pemeriksaan khusus melalui tes darah, minat masyarakat untuk memeriksakan diri masih rendah.
Oji seorang penderita HIV/AIDS menuturkan, awalnya tidak diduga terkena penyakit HIV/AIDS namun setelah dirinya mengikuti donor darah, pihak penyelenggara terus memberikan pertanyaan yang cukup mendalam, sehingga terpaksa memeriksakan diri dan hasilnya positif.
Ia menambahkan, pergaulan waktu sekolah dulu sering menggunakan narkotika jenis jarum suntik karena saat itu banyak generasi muda yang terjerumus termasuk dirinya akibat pergaulan bebas, harapannya jangan terus bertambah penderita HIV/AIDS. ***3***
Enjang S