Deni menjelaskan bahwa pemilih yang memiliki telepon merupakan indikasi kelompok pemilih kritis. Mereka cenderung punya kesempatan lebih besar untuk mendapat informasi sosial politik dibanding yang tidak punya telepon. Oleh karena itu, kritis dalam menilai berbagai persoalan.
Baca juga: Pengamat politik: Relawan Ganjar di Jabar upaya untuk naikkan elektabilitas
Jumlah pemilih kritis dengan indikasi pemilik telepon sekitar 72 persen dari populasi pemilih nasional. Pemilih kritis umumnya berasal dari kelompok warga di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi, dan memiliki ketertarikan terhadap masalah politik. Mereka umumnya tidak mudah goyah, malah bisa memengaruhi pemilih lain.
Menurut Deni, keunggulan Ganjar tersebut terlihat dalam berbagai simulasi pertanyaan: pilihan spontan (top of mind), simulasi semi terbuka 29 nama, simulasi tertutup 15 nama, simulasi tertutup 3 nama, hingga simulasi tertutup 2 nama.
Dalam jawaban spontan, Ganjar di urutan teratas dengan dukungan 19,9 persen di pemilih kritis. Selanjutnya, Prabowo Subianto (10,4 persen) yang seimbang dengan Anies Baswedan (9,8 persen). Calon-calon lain mendapat dukungan spontan di bawah 4 persen, sedangkan yang belum tahu 45,7 persen.
Dalam simulasi semi terbuka dengan 29 nama, Ganjar tetap di posisi teratas dengan dukungan 26,8 persen. Selanjutnya, Anies 13,9 persen, Prabowo 13,7 persen, Sandiaga Uno 5,8 persen, dan Ridwan Kamil 5,1 persen. Calon-calon lain di bawah 3 persen. sedangkan uang belum tahu 24 persen.