Kesiapan pemerintah
Menkes Budi menyebutkan penanganan gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Indonesia dilakukan pemerintah dengan metode berbeda saat terjadinya gelombang pertama dan kedua pada Desember 2020 dan Juli 2021.
Alasannya, kebutuhan hospitalisasi pasien Omicron relatif lebih rendah, juga dengan tingkat keparahannya lebih rendah dari varian Delta. Tapi di sisi lain, perbedaan utama dari varian Omicron dibandingkan varian lain ada pada tingkat penularan yang bersifat cepat dan masif.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI) Erlina Burhan dalam konferensi pers virtual, pada Senin (24/1), bahkan menyebut Omicron memiliki gejala yang serupa influenza biasa seperti batuk kering, nyeri pada tenggorokan, pilek, sakit kepala, nyeri di perut dan demam.
Berdasarkan laporan penanganan 43 kasus Omicron di Amerika Serikat pada 1-8 Desember 2021, data dari 37 pasien simptomatik (bergejala) yang mengalami batuk 89 persen, fatigue 65 persen, hidung tersumbat 59 persen, demam 38 persen, mual atau muntah 22 persen, sesak napas 16 persen, diare 11 persen dan anosmia 8 persen.
Sementara berdasarkan pengamatan pada 17 pasien probable Omicron dan Omicron di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, sebanyak 65 persen bergejala ringan, batuk kering 63 persen, nyeri tenggorokan 54 persen, pilek 27 persen, sakit kepala 36 persen, demam 18 persen.
Spektrum - Strategi Indonesia di gelombang ketiga pandemi COVID-19
Jumat, 28 Januari 2022 16:09 WIB