"Dari 1.600 kasus terkonfirmasi yang dirawat karena terkena omicron, yang membutuhkan oksigen hanya sekitar 20-an (pasien) dan yang wafat dua orang. Ini masih jauh sangat rendah dibanding kasus delta. Jadi apa yang perlu dilakukan? Tidak perlu panik, tapi harus terus waspada dan hati-hati karena penularan sedang tinggi, tidak perlu panik karena kebutuhan dirawat di RS dan kematian rendah," ucap Budi Gunadi.
Baca juga: Ada 80 orang kontak dengan 6 pasien Omicron di Kota Bandung
Menkes juga meminta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan mengurangi datang ke kerumunan.
"Karena kasus semakin banyak, tidak semua akan dilakukan genome sequencing. Genome sequencing lebih kami arahkan untuk menganalisisa pola penyebaran kasus omicron, dan kami akan menggunakan PCR dan PCR SGTF yang bisa mendeteksi omicron yang sudah kami distribusikan ke daerah-daerah," ujar Budi.
PCR SGTF adalah metode deteksi COVID-19 yang menggunakan kit RT-PCR, tetapi dengan reagen khusus untuk mengidentifikasi "S" gene target failure (SGTF) yang dimiliki varian omicron. "S-gene" tidak terdeteksi dalam uji RT-PCR Thermofisher karena mutasi pada gen, sedangkan target gen lain, seperti E, N, Rd dan Rp gen bisa terdeteksi.
"Kami harapkan testing 1/1.000 penduduk per minggu tetap dijalankan dan strategi isolasi di rumah dan terpusat tetap kita jalankan. Bantuan dari telemedicine sudah dilakukan di Jakarta dan hasilnya baik," ucap Budi.
Pemerintah siapkan 80 ribu tempat tidur RS untuk COVID-19, sebut Menkes
Senin, 24 Januari 2022 15:19 WIB