"Data inflasi harga produsen AS seperti bulan lalu dapat memberi tekanan pada The Fed untuk mengendalikan ekonomi, yang berpotensi menjadi hambatan pada harga minyak mentah dan mendukung dolar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.
Baca juga: Harga minyak menguat dipicu pasokan ketat, Brent dekati 84 dolar per barel
Ia menjelaskan harga minyak biasanya bergerak terbalik terhadap dolar AS di mana greenback yang lebih kuat akan membuat komoditas lebih mahal.
Menurut Kilduff, bahwa kenaikan data klaim pengangguran AS awal juga dapat melemahkan permintaan terhadap bahan bakar minyak.
Beberapa investor melihat lebih dalam pada data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu, yang menyebutkan persediaan minyak mentah turun lebih dari perkiraan yang terpukul akibat pandemi virus Omicron. Persediaan bensin meningkat 8 juta barel dalam seminggu hingga 7 Januari, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 2,4 juta barel.
"Pada kenyataannya, laporan mingguan EIA kurang tinggi dari perkiraan utama, karena total persediaan minyak mentah turun 4,8 juta barel tetapi diimbangi peningkatan pada stok seluruh minyak produk olahan," kata analis Citi Bank.