ANTARAJAWABARAT.com, 3/8 - Tradisi masyarakat pantura Kabupaten dan Kota Cirebon dalam membangunkan warga untuk sahur, yang disebut dengan "obrog-obrog", rutin dilakukan oleh sekelompok remaja setempat pada bulan Ramadhan.
Irfan salah seorang ketua kelompok "obrog-obrog" di Kota Cirebon kepada wartawan, Selasa, mengatakan, tradisi membangunkan warga yang hendak bersahur adalah "obrog-obrog" dengan sekelompok pemuda dengan membunyikan berbagai alat musik masa kini ditambah alat musik tradisional.
Mereka akan keliling kampung sambil berteriak "sahur,sahur", supaya warga yang lelap tidur terbangunkan oleh suara mereka.
Menurut dia, tradisi membangunkan warga yang hendak menjalankan sahur sangat bermanfaat, karena dengan suara yang cukup keras orang terbangunkan, waktu keliling kampung dimulai pukul 03.00 WIB hingga selesai, biasanya mereka membunyikan alat musik dengan keras.
Sementara itu Joni, dari kelompok "obrog-obrog" lain, mengaku, dalam membangunkan sahur biasanya sejumlah pemuda di pantura Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon keliling dengan membunyikan alat musik tradisional ditambah alat musik lokal juga iringan lagu daerah setempat.
Keberadaan "obrog-obrog" sangat membantu bagi warga yang hendak mempersiapkan sahur, kata Joni.
Menurut dia, kegiatan keliling dengan tujuan membangunkan masyarakat pantura sudah berlangsung sejak dulu, hingga kini masih tetap lestari, meski dalam kegiatan tersebut tidak ada yang menyuruh dan memberi upah.
Dia menambahkan, tradisi "obrog-obrog" masyarakat pantura perlu dilestarikan karena berbeda dengan daerah lain cara membangunkan sahurnya, di antara kelompok remaja biasanya bersaing menampilkan alunan musik paling baik, mereka sebelumnya berlatih sebelum menjelang bulan Ramadhan.
Dikatakannya, kelompok "obrog-obrog" akan bubar dengan sendirinya setelah bulan Ramadhan selesai. Namun mereka kembali bergabung jelang Ramadhan berikutnya, tradisi yang diwariskan secara turun-temurun tersebut tidak ada yang mengetahuinya kapan dimulai.
Menurut Asep salah seorang sopir asal Jakarta yang sedang beristirahat di sepanjang Jalur utama pantura menuturkan, tradisi membangunkan warga untuk bersahur setiap daerah bervariasi, di pantura sekelompok pemuda dengan alat musik sederhana keliling kampung supaya masyarakat terbangunkan oleh suara keras mereka.
Alunan musik perpaduan tradisional dan alat musik masa kini, kata Asep, cukup unik dan enak didengar, kegiatan seperti ini perlu dilestarikan dan dikembangkan supaya mereka lebih kreatif, dalam membangunkan sejumlah warga untuk makan sahur.
Menurut dia, di Jakarta ada juga kegiatan membangunkan sahur namun kelompok remajanya hanya menggunakan alat-alat seadanya seperti jerigen, panci, botol, untuk dibunyikan, namun tidak ada iramanya seperti kelompok "obrog-obrog" di pantura Cirebon.
-solihin-