"Ini melatih menjadi pengamat yang baik, untuk memiliki analisis yang baik, menjadi konseptor sekaligus untuk menyusun aksi. Ini bisa dibangun ketika memiliki jarak yang cukup," kata Bima Arya dalam keterangan yang diterima Antara di Kota Bogor, Selasa.
Istilah itu disampaikan Bima Arya disampaikan saat memberi sambutan dalam webinar antara Persatuan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) berkolaborasi dengan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) pada Sabtu (9/10) lalu.
Dalam kesempatan itu Bima Arya menyampaikan, menurut pengalamannya belajar di luar negeri, dia merasakan ada kemewahan helicopter building atas negara Indonesia saat belajar di luar negeri.
Pasalnya, jika hanya di Indonesia ibarat ada di lapangan 'becek' yang tidak bisa melihat dari jauh secara obyektif.
Sebaliknya jika melihat dari kejauhan misalnya di Australia, Amerika, Inggris akan memiliki helicopter view terhadap apa yang terjadi di Indonesia.
Bahkan, Bima Arya menyampaikan, ia bersama teman-teman PPID mengalami bagaimana membagi waktu antara berdiskusi dengan teman-teman dari berbagai negara untuk mengkaji, bertukar pikiran, memahami jalan pikiran orang-orang yang sangat berbeda-beda, dilatih berinteraksi dengan pejabat dari Indonesia dan digojlok mental menembus jaringan internasional.
"Saya harap walaupun di masa Pandemi Covid-19 anggota PPID tetap mendapatkan kesempatan mengasah karakter, sebagai calon pemimpin di masa depan," kata dia.
Bima Arya yang juga Wali Kota Bogor mengatakan, ada hal yang menurut dia sangat berpengaruh pada kunci kesuksesan karir seseorang, yakni kombinasi antara karakter dan kompetensi.
Penguasaan ilmu dan capaian nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) merupakan kompetensi namun menjadi koordinator PPID, aktivis mahasiswa, pemimpin organisasi besar itu semua tentang karakter.
"Banyak orang-orang cerdas dan pintar tetapi tidak berkarakter tidak jadi apa-apa, banyak juga orang pintar ketika sekolah tapi tidak berkembang," katanya.
Bima Arya menuturkan, sekolah di luar negeri bukan sekadar mengejar angka-angka namun kesempatan untuk membangun karakter, memperluas cakrawala dengan perspektif terbuka.
Banyak alumni luar negeri yang perjalanan karirnya baik itu karena ketika di di sana tidak hanya menghabiskan waktu di perpustakaan tapi ikut juga bersosialisasi dan berorganisasi.
"Saya titip mahasiswa yang di luar negeri bukan sekedar kecepatan tapi networking dan karakter building. Kalau hanya kompetisi bisa baca, tetapi berdiskusi, berdialog, spektrum kiri kanan, mencoba untuk survive, mencoba mengakali untuk bisa hidup itu hal luar biasa," imbuh Bima Arya.
Menurut Bima Arya, Bung Karno, Bung Hatta, Natsir merupakan tokoh nasional yang cita-cita besarnya tumbuh di luar negeri dan baru ketika umur 24 tahun membentuk organisasi besar.
Para pelajar di luar negeri ini orang-orang yang sangat selektif dan terpilih yang memiliki kesempatan untuk dibangun karakternya, tapi dengan catatan ke luar negeri bukan sekedar belajar saja tapi berdinamika, mengalami banyak peristiwa yang lebih matang.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil ajak PPI Tiongkok jadi agen diplomasi
Baca juga: Bima Arya: PAN lirik 4 tokoh eksternal partai untuk Pilpres 2024
Baca juga: Bima Arya: PAN lirik 4 tokoh eksternal partai untuk Pilpres 2024