Cianjur (ANTARA) - Semangat gotong royong warga di Cianjur, Jawa Barat, untuk saling membantu meringankan beban warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 terutama dari klaster keluarga, semakin tinggi, bahkan setiap hari untuk kebutuhan pasien isoman seperti makan, obat hingga oksigen disediakan bersama.
Berbeda dengan awal pandemi, dimana warga terkesan takut dan menghindari setiap orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 karena dianggap dapat menularkan dengan resiko kematian, sehingga mereka yang terpapar tidak mendapat simpati dari warga sekitar.
Bahkan penolakan dan pengusiran pun sempat terjadi di beberapa wilayah karena dianggap sebagai aib layaknya penyakit menular berbahaya yang dapat menimpa siap saja yang berkontak langsung dengan pasien positif.
Tidak hanya yang terpapar, jenazah pasien COVID-19 sulit untuk dimakamkan karena rasa takut warga sekitar yang sangat dalam dan menolak area pemakaman umum dipakai, sehingga pemerintah daerah dan pihak swasta terpaksa menyediakan lokasi khusus untuk pemakaman.
Namun seiring waktu, tingginya jumlah warga yang tertular dan terpapar virus berbahaya yang muncul pertama kali di Wuhan-China itu, membuat ketakutan dan penolakan yang sempat terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, berganti dengan kepedulian termasuk di Cianjur.
Meski belum total warga dapat menerima keberadaan pasien positif di lingkungannya masing-masing, namun semangat gotong royong yang selama ini, mulai terkikis, kembali menguat terutama dalam penanganan COVID-19 yang menimpa warga perkampungan atau perumahan.
Warga saling bahu membahu meringankan beban mereka yang terpapar dan menjalani isolasi di rumah, baik satu orang atau satu keluarga yang terpapar, mulai membawakan masakan untuk makan sehari-hari, hingga menyiapkan obat-obatan untuk pasien hingga tabung oksigen.
"Bahkan di perumahan kami, beberapa orang pemilik rumah yang tidak dihuni setiap harinya. Meminjamkan rumah mereka untuk digunakan sebagai tempat isolasi bagi warga yang terpapar," kata Angga Purwanda Ketua RT 005 di Perumahan Prima Nagrak Nusantara.
Sebelumnya ungkap dia, berbagai upaya dilakukan bersama warga untuk menghindari penularan di lingkungan perumahan, termasuk dengan rutin melakukan penyemprotan disinfektan, dimana warga patungan membeli alat beserta cairannya.Namun seiring waktu, meski telah menerapkan prokes ketat bagi warga dan tamu yang berkunjung, tetap saja ada warga yang terpapar, karena mereka tetap beraktivitas mulai dari tenaga kesehatan hingga pegawai swasta.
Sehingga atas inisiatif warga untuk meringankan beban mereka yang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing, menyediakan kebutuhan seperti nasi, lauk pauk, buah-buahan hingga obat-obatan dan oksigen bagi yang bergejala di sediakan di rumah ketua RT.
Hal serupa juga dilakukan warga di Perumahan Pesona Cianjur Indah, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, dimana beberapa keluarga harus menjalani isolasi mandiri karena terpapar COVID-19, sehingga warga sekitar bahu membahu memberikan bantuan.
Sebelumnya ungkap Ketua RT 04, Astriyanti, warga terkesan takut dan alergi ketika mendengar ada warga yang terpapar, meski tidak menolak, namun warga menyarankan mereka untuk menjalani isolasi di tempat khusus atau rumah sakit karena takut tertular.
"Warga sepertinya sudah mulai terbiasa, ketika mendengar ada yang tertular atau terpapar COVID-19, sehingga rasa gotong-royong untuk meringankan beban semakin tinggi. Awal pandemi warga sibuk menyarankan mereka yang positif untuk dibawa ke rumah sakit atau vila khusus," katanya.
Namun saat ini, beberapa orang warga yang terpapar dan masuk dalam klaster keluarga, cukup menjalani isolasi di rumah dan mendapat bantuan sehari-hari dari warga sekitar tanpa harus diminta, sehingga hal tersebut, dapat mempercepat penyembuhan bagi pasien.
Meminimalkan penularan
Tingkat penularan yang sempat tinggi di sejumlah kecamatan di Cianjur, akhirnya kembali menurun setelah penerapan PPKM darurat selama 20 hari yang diberlakukan di seluruh Pulau Jawa-Bali, disambung dengan PPKM level 4, membuat aktifitas warga di luar rumah terus berkurang.
Sehingga upaya maksimal untuk menekan angka penularan yang sempat menembus angka 2.000 orang selama dua bulan terakhir, menurun dalam setiap harinya, bahkan keterisian tempat tidur di tempat isolasi terpusat di tiga rumah sakit dan vila khusus, mulai berkurang hingga 30 persen.
Termasuk jumlah warga yang menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing di beberapa kecamatan di Cianjur, terus berkurang, setelah upaya penanganan cepat dilakukan pemerintah daerah dengan mengaktifkan gugus tugas kecamatan, desa hingga RT.
Pembangunan ruang isolasi mandiri di balai desa dan rumah warga, menjadi solusi kekurangan tempat tidur bagi pasien positif COVID-19, selama terjadi peningkatan kasus sejak dua bulan terakhir terutama saat hari Raya Idul Fitri.
Tingkat kesadaran warga untuk saling bahu membahu meringankan beban pasien positif COVID-19 di masing-masing wilayah pun, semakin tinggi, semangat gotong-royong yang selama ini, mulai hilang kembali meningkat.
Sehingga hal tersebut, mendapat perhatian dari Gubernur Jawa Barat, Ridwal Kamil, yang sempat mendatangi sejumlah tempat isolasi mandiri di Cianjur, tepatnya di rumah warga yang digunakan untuk menampung pasien positif tanpa gejala di Kecamatan Cugenang.
Saat berkunjung, Emil sapaan akrab Ridwan Kamil, sempat berbincang-bincang dengan belasan pasien tersebut, yang merasa sangat terbantu dengan berbagai upaya yang dilakukan warga, sehingga mereka tidak merasa dikucilkan malah sebaliknya mendapat perhatian lebih selain dari tenaga kesehatan.
"Saya sangat mengapresiasi dengan kepedulian warga saling bahu-membahu meringankan beban warga yang terpapar virus berbahaya. Ini harus menjadi contoh bagi semua karena penanganan COVID-19 harus bersama semua lapisan tidak hanya mengandalkan pemerintah," katanya.
Bahkan Emil berpesan, agar semua warga di Jabar meningkatkan kembali rasa persaudaraan melalui gotong-royong "sabilulungan" dalam menangani pandemi yang yang hingga saat ini, masih terjadi, sehingga Jawa Barat dapat maksimal menekan angka penularan COVID-19.
Sedangkan upaya pemerintah daerah dalam menangani angka penularan yang cukup tinggi, hingga saat ini, terus dilakukan dengan berbagai cara termasuk mendirikan ruang isolasi mandiri di berbagai wilayah yang masuk dalam zona rawan penularan di utara hingga selatan Cianjur.
Upaya tersebut dilakukan, sebagai langkah cepat dalam menangani dan menelusuri penyebaran COVID-19 di Cianjur. Bahkan Pemkab Cianjur, dinilai pemerintah provinsi dan pusat, sebagai kabupaten pertama yang menyalurkan bantuan untuk warga saat diberlakukannya PPKM darurat.
Sehingga warga dengan penghasilan rendah dan terdampak PPKM darurat, mendapatkan bantuan sosial tunai. Upaya cepat tersebut, membuat Cianjur, berhasil menekan angka penularan dan kekurangan tempat isolasi karena penanganan sudah merata hingga ke tingkat RT.
"Kita sudah meminta gugus tugas kecamatan dan desa, membuat ruang isolasi mandiri di balkai desa, jauh hari sebelum terjadi peningkatan kasus, bahkan pihak desa berinisiatif meminjam atau memnyewa rumah warga yang kosong untuk dijadikan tempat isolasi terpusat," kata Bupati Cianjur, Herman Suherman.
Dimana dimasing-masing tempat isolasi terpusat yang ditangani gugus tugas desa, terdapat tenaga medis mulai dari dokter hingga perawat serta relawan yang bertugas memberikan berbagai pelayanan untuk warga yang menjalani isolasi mandiri.
Herman menilai tingkat kepedulian masyarakat dalam membantu sesama yang selama ini kurang terutama terhadap pasien COVID-19, terus meningkat. Bahkan sejak beberapa bulan terakhir, tidak ada lagi cerita warga yang menolak pasien COVID-19 atau penolakan pemakaman jenazah di Cianjur.
"Selama penerapan PPKM darurat, tingkat kepedulian warga menjadi cara ampuh dalam menekan angka penularan, sehingga meningkatkan angka kesembuhan karena penanganan dilakukan bersama. Berkurangnya aktifitas diluar rumah, membuat kepedulian meningkat untuk orang sekitar," kata Herman.
Penerapan prokes ketat
Meski angka penularan di Cianjur, perhari terus menurun, namun tingkat kewaspadaan tetap dilakukan petugas gabungan yang terdiri dari TNI/Polri, Satpol PP, Dishub, Dinkes dan PMI Cianjur, dengan cara melaklukan penyekatan dan razia ke sejumlah pusat keramaian.
Langkah tersebut, untuk meningkatkan kesadaran warga dalam menerapkan prokes ketat serta upaya maksimal menekan angka penularan agar Cianjur, dapat kembali ke zona hijau, hingga nol kasus COVID-19, penyekatan masih terlihat di sejumlah perbatasan dan pintu masuk kota Cianjur.
Penyekatan dan razia tempat keramaian, rutin di gelar di sejumlah titik mulai dari perbatasan Puncak Pass, Haurwangi, Cikalongkulon-Jonggol dan pintu masuk kota Cianjur, tepatnya di Perempatan Tugu Lampu Gentur-By Pass, Cianjur.
Tingkat kesadaran warga terutama pengendara untuk menerapkan prokes, terus meningkat, sehingga angka pelanggaran terus menurun setiap harinya. Bahkan petugas mencatat sejak dua pekan terakhir, angka pelanggaran yang dilakukan pengendara dapat dihitung jari.
Sebagian besar pelanggaran yang dilakukan, lupa memakai masker dan tidak menjaga jarak saat berada di pusat keramaian. Bahkan pelanggaran yang dilakukan pemilik atau pengelola pusat keramaian sepeti mall, rumah makan dan kafe, sangat minim.
Kepala Satpol PP Cianjur, Hendri Prasetyadi, mengatakan dengan tetap digelarnya penyekatan dan razia di berbagai tempat, merupakan bentuk upaya meningkatkan kesadaran warga agar tetap waspada dan terus menerapkan AKB saat beraktifitas terutama di luar rumah.
Sehingga hal tersebut, dapat dengan cepat menular ke warga lainnya, untuk melakukan hal yang sama, sehingga penanganan cepat bersama untuk terbebas dari Corona, dapat terwujud dan Cianjur dapat kembali ke zona hijau atau nol kasus COVID-19.
"Semua berharap untuk kembali hidup normal sebelum pandemi, sekolah kembali dibuka normal, warga beraktivitas tidak dibatasi, pasar atau toko tidak ada yang ditutup. Untuk itu, kami tetap menggelar penyekatan dan razia, sebagai upaya mengingatkan warga agar tidak lengah," katanya.
Kesadaran warga untuk menerapkan Adaptasi Kebisaan Baru (AKB) terus tumbuh, bahkan kebiasaan untuk saling mengingatkan menjaga prokes, menjadi tradisi di masing-masing lingkungan, sehingga upaya bersama memerangi penyebaran COVID-19 tercapai dan Cianjur kembali ke kehidupan normal.