Bandung (ANTARA) - Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri, Hari Supriyadi mengatakan seharusnya Indonesia memiliki industri soda ash dalam negeri karena hingga kini Indonesia belum memiliki industri (manufacturing plant) soda ash sendiri sehingga harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Soda Ash, atau umumnya dikenal sebagai soda abu, adalah suatu komponen dasar kimia yang sangat dibutuhkan dalam beberapa industri seperti deterjen dan turunannya, serta lembar kaca dan juga turunannya.
"Padahal bahan baku cukup melimpah di Tanah Air. Kebutuhan akan soda ash ini pun cukup besar, hingga 1,2 juta ton per tahun, dan akan terus meningkat,” kata Hari Supriyadi saat jumpa pers virtual tentang pengumuman Babak Final Kompetisi Esai Nasional bertajuk Industri Soda Ash di Indonesia, Minggu.
Terlebih, kata Hari, baterai mobil listrik pun memerlukan soda ash sebagai bahan bakunya.
Untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat akan perlunya pembangunan industri soda ash di dalam negeri, bekerja sama dengan Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, PT Kaltim Parna Industi menggelar Kompetisi Esai Nasional bertajuk Industri Soda Ash di Indonesia.
Hari menuturkan selain sebagai wadah sosialisasi akan industri soda ash dan manfaatnya, acara ini diharapkan dapat menjadi pendorong pembangunan industri di dalam negeri, yang akhirnya membantu meningkatkan ketahanan industri kimia nasional.
Hari mengatakan pihaknya merasa perlu masukan dari akademisi dan praktisi industri di Indonesia ini untuk bagaimana dapat memiliki industri yang sementara ini belum ada di Indonesia.
"Mungkin ada sisi atau ruang yang tidak kami lihat dari studi dan kajian yang kami lakukan, maka kami sangat menghargai dukungan ITB, Kementerian Perindustrian, Persatuan Insinyur Indonesia dan para peserta lomba Esai yang kebanyakan dari kalangan milenial. Kami menyampaikan terima kasih atas partisipasi para pihak, harapannya ini menyulut semangat yang lebih besar lagi bagi kita semua untuk menjadikan bangsa kita independen," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, Tirto Prakoso Brodjonegoro, menambahkan acara yang digelar mulai 8 Mei 2021 lalu berhasil menarik 217 peserta, baik individu atau pun kelompok, yang berasal dari berbagai kalangan, yaitu pelaku industri, masyarakat umum dan pelajar.
“Dari hasil seleksi terhadap 82 esai yang masuk, terpilih lima finalis yang pada babak final ini akan memperebutkan total hadiah 100 juta rupiah,” kata Tirto.
Kelima esai yang menjadi finalis adalah pertama Optimis Membangun Jembatan Devisa Melalui Industri Soda Ash sebagai Langkah Awal Kebangkitan Ekonomi Nasional oleh Apridah Cameliawati Djohan, Biro Organisasi dan SDM, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kedua "Teknologi Karbonasi sebagai Langkah Awal Swasembada Soda Abu di Indonesia dari Emisi Gas Buang Bahan Bakar Fosil, oleh Bangkit Dana Setiawan, Pratitis Mega Adinata, Vicky Wijaya dari Chandra Asri Petrochemical".
Ketiga "Menakar Penerapan Proses Modified Solvay (MS) untuk Kemandirian Industri Soda Ash Indonesia oleh Fauzi Yusupandi, dari Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung".
Keempat "Industri Soda ash: Menjawab Kebutuhan Indonesia dari Kacamata Kimia, Industri, dan Ekonomi, oleh Muhammad Taruna Aldiramadan, dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia".
Dan kelima "Industri Soda Ash di Indonesia, Haruskah Ada? oleh Siska Mutiara, dari Program Pasca Sarjana Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung".
Baca juga: Alumni Teknik Kimia ITB sosialisasi industri kimia hijau sambil olah raga