Depok (ANTARA) - Pakar pertahanan dan keamanan dari Universitas Indonesia Kusnanto Anggoro mengaku tidak terkejut dengan hasil studi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) yang menilai kinerja Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan terbaik dalam merespon wabah COVID-19.
"BIN memang terdepan dalam mengatasi pandemi ini sejak awal. Bahkan dulu ada yang memberi kritik karena badan intelijen mencampuri urusan kesehatan. Sekarang baru orang mengerti bahwa pandemi ini melampaui urusan kesehatan karena sudah menyangkut keamanan dan keselamatan masyarakat dan negara," kata Kusnanto dalam keterangannya, Jumat.
Ia mengatakan sikap proaktif BIN dari awal sudah sangat tepat dan Budi Gunawan perlu diberi apresiasi dan dijadikan pemimpin teladan.
Selain Kepala BIN, Kusnanto juga mengapresiasi kerja institusi militer dan kepolisian yang rela ambil risiko dalam segala keadaan untuk mengatasi pandemi ini.
"Saya perhatikan ada koordinasi yang baik antarketiga lembaga ini yaitu TNI, Polri, dan BIN. Mestinya menteri-menteri juga belajar dari ketiga pimpinan lembaga ini," ujar Kusnanto yang juga ikut dalam sejumlah kegiatan FGDs yang digelar LPI dalam kajian ini.
Direktur LPI Boni Hargens menjelaskan, kajian pandangan pakar itu merupakan hasil riset kualitatif dan wawancara mendalam terhadap sejumlah pakar untuk memotret performa kabinet Indonesia Maju Jilid II yang dilakukan selama Januari-Juni 2021 yang dikuantifikasi secara sederhana untuk mendapatkan pengukuran yang pasti.
LPI mengukur kinerja kabinet dalam merespons wabah COVID-19. Hasilnya Kepala BIN Budi Gunawan meraih skor 99 dalam skala 0-100 disusul Panglima TNI dan Kapolri yang sama-sama meraih nilai 98. Di tangga berikut, ada Menkopolhukam Mahfud MD (96), Menteri Agama Yaqut Cholil (95), Menteri BUMN Erick Tohir (94), Menteri Sosial Risma (93), dan Mendagri Tito Karnavian (91).
Dari hasil kajian tersebut, performa institusi BIN yang dikomandoi oleh Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan atau akrab disebut BG, berada pada peringkat terbaik berdasarkan tiga indikator besar dengan 20 atribut atau subindikator turunannya. Ketiga indikator itu adalah aspek kepemimpinan (leadership), aspek kebijakan (policies), dan aspek daya tanggap (responsiveness).
Boni menegaskan pendekatan ini lazim digunakan di negara yang demokrasinya relatif mapan. Dari penilaian subjektif para pakar yang tergabung dalam sejumlah grup diskusi (FGD), LPI mengkuantifikasi pengukuran dengan memberikan bobot terhadap ketiga dimensi itu.
Aspek leadership memberi kontribusi 30 persen kepada resultan nilai kinerja, indikator kedua menyumbang 20 persen dan indikator responsiveness mendapat porsi terbesar yaitu 50 persen dari total pengukuran.
"Penentuan ini menunjukkan bahwa LPI menitikberatkan pada sektor daya tanggap dalam mengukur kualitas performa para menteri dan pimpinan lembaga negara," urai Boni.
Kemudian, lanjut Boni, berdasarkan bobot tersebut, dan penilaian para pakar, LPI melakukan skoring dan mengategorikan kinerja menteri berikut pimpinan lembaga negara. Skor 0-59 dikategorikan dengan kinerja buruk, 60-79 masuk kategori sedang/biasa-biasa saja, 80-89 terkategori baik, dan rentang 90-100 masuk kategori kinerja terbaik.
"Setelah dinilai secara kumulatif, Kepala BIN mendapati skor 99, disusul Panglima TNI dan Kapolri pada raihan yang hampir sama yaitu 98," ujar Boni.
Baca juga: BIN beberkan sejumlah ancaman ganggu stabilitas keamanan nasional
Baca juga: BIN gelar swab antigen di ponpes Bogor tekan COVID-19