Tim cagar budaya yang sedang melakukan penelitian arkeologi di situs Candi Dingkel Desa Sambimaya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyatakan bangunan yang berada di lokasi sudah menerapkan teknologi tahan gempa dengan ditemukannya pecahan bata setebal 10 sentimeter.
"Kami menemukan lapisan 'gravel' atau pecahan bata halus yang berfungsi sebagai penahan gempa dari sebuah bangunan," kata Ketua Tim Penelitian Arkeologi Situs Sambimaya, Indramayu Nanang Saptono di Indramayu, Jumat.
Ia mengatakan temuan berupa pecahan bata setebal 10 sentimeter yang mengelilingi bangunan ini merupakan stabilizer atau penahan gempa dari sebuah bangunan.
Artinya, lanjut Nanang, pada kala itu sudah memikirkan dampak dari kebencanaan bangunan yang didirikan di kawasan rawan bencana.
Menurutnya lapisan penahan gempa ini juga ditemukan di situs arkeologi lainnya di Indonesia seperti kompleks percandian Batujaya di Kabupaten Karawang, dan kompleks percandian Prambanan di Jawa Tengah.
"Kalau di Prambanan menggunakan kerikil sebagai lapisan penahan gempanya. Sementara di Batujaya sama dengan di Sambimaya ini menggunakan pecahan bata merah," ujarnya.
Sementara, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten Sony Prasetiya Wibawa mengatakan progres ekskavasi di situs Dingkel 1 sudah dapat menemukan dinding struktur bangunan, sudut struktur bangunan, lantai bangunan berundak dan lainnya.
Soni berharap dengan temuan tersebut, dapat terungkap bangunan apa yang ada di areal persawahan di blok dingkel Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.
"Bisa jadi ini kompleks pemukiman di mana ada areal sakral dan bangunan lain yang masih memerlukan penelusuran mendalam," katanya.
Baca juga: Struktur bangunan situs Sambimaya Indramayu ditemukan
Baca juga: Tim ahli cagar budaya teliti temuan batu bertanda tapak kaki anjing di Sambimaya
"Kami menemukan lapisan 'gravel' atau pecahan bata halus yang berfungsi sebagai penahan gempa dari sebuah bangunan," kata Ketua Tim Penelitian Arkeologi Situs Sambimaya, Indramayu Nanang Saptono di Indramayu, Jumat.
Ia mengatakan temuan berupa pecahan bata setebal 10 sentimeter yang mengelilingi bangunan ini merupakan stabilizer atau penahan gempa dari sebuah bangunan.
Artinya, lanjut Nanang, pada kala itu sudah memikirkan dampak dari kebencanaan bangunan yang didirikan di kawasan rawan bencana.
Menurutnya lapisan penahan gempa ini juga ditemukan di situs arkeologi lainnya di Indonesia seperti kompleks percandian Batujaya di Kabupaten Karawang, dan kompleks percandian Prambanan di Jawa Tengah.
"Kalau di Prambanan menggunakan kerikil sebagai lapisan penahan gempanya. Sementara di Batujaya sama dengan di Sambimaya ini menggunakan pecahan bata merah," ujarnya.
Sementara, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten Sony Prasetiya Wibawa mengatakan progres ekskavasi di situs Dingkel 1 sudah dapat menemukan dinding struktur bangunan, sudut struktur bangunan, lantai bangunan berundak dan lainnya.
Soni berharap dengan temuan tersebut, dapat terungkap bangunan apa yang ada di areal persawahan di blok dingkel Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.
"Bisa jadi ini kompleks pemukiman di mana ada areal sakral dan bangunan lain yang masih memerlukan penelusuran mendalam," katanya.
Baca juga: Struktur bangunan situs Sambimaya Indramayu ditemukan
Baca juga: Tim ahli cagar budaya teliti temuan batu bertanda tapak kaki anjing di Sambimaya