Majalengka, 22/7 (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat terus mengembangkan tanaman ubi jalur yang mempunyai nilai jual tinggi dibandingkan tanaman padi.
Mujito, petani asal Sukasari, Kabupaten Majalengka mengatakan Kamis, untuk perawatan tanaman ubi jalur mudah hanya menyingkirkan daun yang menyentuh ke tanah. Untuk kebutuhan air juga lebih minimal dibandingkan dengan tanaman padi, selain itu pemasarannya hasil panen cukup mudah.
"Pembeli baik pengecer maupun bandar ubi jalur datang langsung ke lokasi kebun ubi jalar, sehingga terhindar dari biaya angkut yang cukup mahal. Harga ubi jalur tergantung hasil panen jika kualitas ubi tersebut baik dan harganya juga cukup menggembirakan," paparnya.
Ia mengatakan, harga ubi jalar selama ini juga terus naik karena permintaan dari sejumlah bandar meningkat setiap tahunnya. Ubi jalar yang dihasilkan dipasok ke Bandung, Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi.
Ubi jalar sangat dibutuhkan oleh pabrik makanan seagai bahan utama pembuatan kue. Musim hujan berkepanjangan cukup mengganggu tanaman ubi jalar dan penyebaran sejumlah hama sangat cepat, seperti ulat dan cacing tanah.
Selain itu belatung sering merusak ubi yang sudah siap panen dan diperkirakan jika curah hujan tinggi akan terjadi penurunan hasil panen ubi jalar tersebut.
Jika hujan terus mengguyur, ubi jalar yang dihasilkan tidak tahan lama dan kualitasnya juga dipastikan menurun, katanya.
Sementara itu Parman, petani padi yang kini beralih menanam ubi jalar menjelaskan, ubi jalar di musim hujan masih tetap menghasilkan dengan kualitas cukup baik.
Penyeberangan hama pada musim hujan mudah, namun pencegahan tidak terlalu rumit seperti tanaman padi.
Ia mencontohkan, jika padi diserang wereng petani sangat terpuruk, karena wereng sulit diatasi. Namun apappun hama yang menyerang ubi jalar masih dapat diatasi dan petani masih bisa panen meski hasilnya tidak maksimal.
Dikatakan, menanam ubi jalar masih jauh menguntungkan daripada tanaman padi, selain modalnya ekonomis, perawatan mudah, hasil panen diburu pembeli juga dari lahan satu hektare sekali panen petani mendapat keuntungan sekitar Rp3 juta.
"Kami tanpa membeli benih hanya belanja pupuk secukupnya dan ongkos perawatan. Modal tanam ubi jalar cepat kembali, petani terhindar dari gagal panen dan diperkirakan petani yang ada di dearahnya akan beralih menanam ubi jalar," katanya.
Ia juga mengakui masih tetap menanam padi tapi hanya sekedarnya untuk dikonsumsi sendiridan juga menanam berbagai jenis sayuran dan cabai untuk kebutuhan keluarga.
***2***
M Taufik
PETANI MAJALENGKA KEMBANGKAN UBI JALAR
Kamis, 22 Juli 2010 9:24 WIB