Bandung (ANTARA) - Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr H M. Solehuddin MPd MA mengungkapkan beberapa pemikiran strategis untuk penyusunan Peta jalan Pendidikan Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan wisuda gelombang I tahun 2021 pada Rabu (24/2/2021).
Sebagai sebuah perguruan tinggi dengan visi Pelopor dan Unggul(Leadinga nd Outstanding) dalam bidang pendidikan sudah sewajarnya Universitas Pendidikan Indonesia memberikan beberapa pemikiran strategis untuk penyusunan Peta jalan Pendidikan Indonesia yang sedang dirumuskan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Peta Jalan Pendidikan Indonesia sangatlah urgen, tetapi harus bersifat menyeluruh dan tertata di dalam sebuah kerangka berfikir yang jelas dan terukur. Pada peta jalan pendidikan yang sudah dirumuskan oleh Kemdikbud, premisnya perlu diperjelas, yakni untuk pendidikan di persekolahan. Premis yang paling tepat adalah bahwa: “Inti dari transformasi pendidikan adalah peningkatan mutu sistem pembelajaran di sekolah, yang pada gilirannya dapat mewujudkan Kualitas Belajar Siswa.
"Kesan yang menonjol dari Peta Jalan Pendidikan yang disusun oleh Kemdikbud adalah belum terlalu terfokus padap remis tersebut. Jika demikian fakta apa yang semestinya mendorong dibangunnya peta jalan Pendidikan Indonesia itu? Salah satu fakta empiris yang mestinya mendorong dibangunnya Peta Jalan Pendidikan adalah rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa sekolah yangtelah mengakibatkan terjadinya “the low quality of education trap” di Indonesia. Artinya jika literasi dan numerasi tidak diperkuat, maka jebakan mutu pendidikan yang rendah ini tidak akan berubah secara signifikan.
Pada tahun 2013 Elizabeth Pisani, seorang peneliti berkebangsaan Amerika yang menetap di Inggris dan sangat banyak menulis tentang Indonesia, pernah menyampaikan hasil analisis bahwa skor PISA anak Indonesia dalam literasi matematik, sains, dan membaca bukan hanya sangat rendah, tetapi juga menurun sejak 2009. Namun ternyata 95% anak Indonesia menyatakan merasa berbahagia di sekolah, jauh lebih tinggi ketimbang anak-anak di China (85%) dan Korea Selatan (60%).
Untuk merasa bahagia di sekolah, anak-anak Indonesia tidak dituntut untuk bekerja keras, gigih dalam belajar, dan berprestasi. Menurut Pisani (2013) anak-anak Indonesia tidak menyadari bahwa proses pendidikan yang mereka ikuti tengah melakukan proses pendangkalan intelektual yang dikhawatirkan akan menjadi " kerdil" (stunted) jika tidak ditangani dengan kebijakan yang relevan dan bermutu.
Terhadap persoalan ini tentu saja timbul pertanyaan: Bagaimanakah dengan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah? Bukankah dalam periode 2012-2018 telah diberlakukan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013 dan berbagai kebijakan lainnya?Walaupun telah berupaya untuk memacu prestasi dalam literasi dan numerasi, kebijakan pemerintah tampaknya masih kurang sensitif terhadap masalah yang akan dipecahkan.
Contoh, penyusunan Kurikulum 2013 dan penerapan wajib belajar 12 tahun adalah dua kebijakan yang terlalu umum dan tidak memiliki daya ungkit dalam peningkatan kemampuan literasi matematik, sains dan membaca, sebagaimana diukur oleh PISA (Programme for International Student Assessment). Pada tahun 2018, posisi Indonesia dalam PISA termasuk pada posisi “juru-kunci” dari 67 negara peserta atau lebih buruk dari skor rata-rata pada tahun 2009.
Kemampuan literasi dan numerasi tidak datang dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh rendahnya mutu sistem pembelajaran. Jika mutu pembelajaran yang menjadi fokus paling utama, maka Peta Jalan Pendidikan Indonesia perlu embangun sebuah "sistem Pembelajaran Integral" sebagai "frame of reference" dari semua transformasi yang diperlukan agar sistem tersebut benar-benar dapat mendukung terwujudnya kualitas belajar siswa, apapun ukurannya.
Rektor UPI menjelaskan Peta Jalan Pendidikan Indonesia itu urgen jika semua komponen penting dalam sistem pembelajaran dapat dirancang sedimikian rupa sehingga dapat membangun mutu proses belajar siswa. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak dirancang secara cermat, maka Peta Jalan Pendidikan Indonesia hampir tidak memiliki arah yang tepat dan jelas. Sejumlah komponen-komponen yang penting dalam peta jalan Pendidikan Indonesia yaitu mutu penyelenggaran LPTK dan PPG, mutu kompetensi dan kinerja guru sebagai jabatan profesional, kurikulum sekolah yang terdiversifikasi, serta asesmen kompetensi siswa, pemetaan capaian standar dan umpan balik.