Garut (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat menerapkan sistem tanam tumpang sari untuk meningkatkan produksi kedelai yang bisa memberikan keuntungan bagi petani dan membantu memenuhi kebutuhan pasar sehingga tidak bergantung pada pasokan impor.
"Untuk efisiensi budidaya kedelai salah satunya itu dengan cara tumpang sari," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Beni Yoga di Garut, Kamis.
Ia menjelaskan sistem tanam tumpang sari itu upaya pemerintah agar petani mau menanam kacang kedelai yang dapat memberikan penghasilan tambahan selain dari hasil penjualan komoditas lain.
Persoalan saat ini, kata dia, petani masih enggan menanam kedelai karena keuntungan dari hasil panennya kecil, selain itu nilai jualnya masih kalah dengan jenis kedelai dari luar negeri yang lebih murah.
Alasan tumpang sari, menurut Beni, karena monokultur tidak efisien, butuh biaya tanam sampai Rp6 juta per hektare, kemudian hasil panennya hanya 1 ton per hektare, sementara harga jual saat ini kisaran Rp6 sampai Rp6.500 maka keuntungannya kecil hanya Rp500 ribuan.
"Kalau penanamannya monokultur itu biaya tanamnya Rp5 juta sampai Rp6 juta per hektare, nah produktivitasnya 1 ton, kalau harganya kisaran Rp6 ribu-Rp6.500 maka keuntungannya kecil Rp500 (ribu), sehingga tidak menarik bagi petani," katanya.
Salah satu solusi agar petani mendapatkan keuntungan lebih besar dari tanam kedelai, kata Beni, maka diterapkan sistem tanam tumpang sari yang bisa dilakukan oleh petani berbagai jenis komoditas.
"Kalau pakai tumpang sari itu untuk pemupukan sudah efisien karena nempel dengan komoditas lain," kata Beni.
Ia menambahkan Kabupaten Garut saat ini telah ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai sentra tanaman kacang kedelai di Jawa Barat dengan luasan lahan ditargetkan 3 ribu hektare pada 2021.
Target di Kabupaten Garut itu, kata dia, masih dinilai sedikit dibandingkan dengan keinginan pemerintah pusat mencapai 12 ribu hektare dengan sistem penanaman bisa dilakukan secara tumpang sari.
Pemkab Garut, lanjut dia, berupaya melakukan kerja sama dengan perusahaan perkebunan PT Condong di wilayah selatan Garut yang memiliki lahan cukup luas dan bisa ditumpangsarikan dengan jenis tanaman yang dikelola perusahaan tersebut.
"Kita sekarang kerja sama dengan Condong karena di lapangan sudah tidak mungkin, kerja sama dengan Condong untuk pengembangan kedelai itu," katanya.
Baca juga: Stok kedelai cukup penuhi kebutuhan nasional
Baca juga: Harga kedelai naik, petani Kuningan raup keuntungan
Baca juga: Presiden Jokowi ingin soal tahu tempe tak jadi masalah lagi