Garut, Jabar (ANTARA) - Wakil Bupati Garut Provinsi Jawa Barat Helmi Budiman menyatakan kematian pasien COVID-19 di daerah itu sudah memprihatinkan pada angka 2,7 persen atau 103 orang sehingga harus menjadi perhatian semua pihak untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
"Angka kematian di Garut itu 2,7 persen, cukup prihatin walaupun masih di bawah angka nasional," kata Helmi kepada wartawan di Garut, Selasa.
Angka kematian pasien COVID-19 berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut secara akumulasi sudah mencapai 103 orang dari jumlah kasus positif COVID-19 sebanyak 3.742 kasus.
Menurut Helmi angka kematian pasien COVID-19 di Garut itu harus menjadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah untuk berusaha secara maksimal menyembuhkan pasien positif COVID-19.
"Karena kita harus serius, sungguh-sungguh dalam pencegahan, upaya-upaya kalau yang positif supaya sembuh sudah harus lebih besar lagi," katanya.
Ia menyampaikan wabah COVID-19 di Garut masih terjadi, dan setiap hari terus ditemukan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan tim kesehatan di lapangan.
Menurut dia wabah COVID-19 belum tentu selesai sampai akhir 2020, bisa jadi terus berlanjut pada 2021 sehingga perlu upaya semua pihak untuk mencegahnya bersama-sama dengan menerapkan protokol kesehatan.
"COVID-19 ini belum tentu selesai, masih panjang, bahkan dikhawatirkan terjadi lonjakan, karena biasanya setelah acara-acara seperti libur dan sebagainya biasanya suka ada peningkatan," kata Helmi.
Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut mencatat secara akumulasi kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Garut sebanyak 3.742 kasus, sebanyak 1.345 kasus menjalani isolasi di rumah sakit, 2.294 kasus dinyatakan sembuh dan 103 kasus meninggal dunia.
Baca juga: Pemkab Garut persiapkan lima ribu tes cepat antigen jelang tahun baru
Baca juga: Garut prioritaskan pasien COVID-19 bergejala berat dirawat di RSUD
Baca juga: Garut tutup alun-alun dan kerkof selama libur akhir tahun